KBA Pantai Cermin dan Impian Desa Eksportir
"Biarlah kami orang tua menjadi nelayan, tapi anak cucu kami jangan"
Deg! Sebagai keluarga pecinta ikan, apalagi karena kebaikan gizi maupun proteinnya untuk mengentaskan stunting, jelas aku terkejut.
Seorang nelayan bercita-cita agar kelak anaknya jangan susah dalam mencari nafkah. Berkaca pada dirinya yang merasa menangkap ikan adalah kegiatan penuh bahaya.
Gimana gak bahaya, nyawa taruhannya! Hasilnya? Gak seberapa. Berdasarkan angka produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya tahun 2018, produksi perikanan tangkap Indonesia mencapai 7,36 juta ton atau 72,17 persen dari potensi perikanan tangkap dan produksi perikanan budidaya mencapai 15,77 juta ton atau 27,76 persen dari potensi perikanan budidaya di laut dan darat.
Besar bukan? Tapi kenapa nelayan tidak sejahtera? Menurut berbagai sumber, nelayan belum sejahtera karena banyak faktor.
Cara melaut yang masih tradisional hingga distribusi / penjualan ikan yang belum maksimal. Para nelayan biasanya menjual hasil ikannya kepada pengepul kemudian dari tangan pengepul hasil laut berkualitas super biasanya untuk kebutuhan ekspor.
Ya.. Nelayan cuma kebagian sedikit saja keuntungan. Belum lagi cuaca yang tidak bisa ditebak, membuat nelayan terkadang terkendala untuk berangkat ke laut. Maklum saja, kapal menangkap ikan mereka bukanlah kapal modern. Semua serba tradisional.
Bahan bakar kapal untuk melaut pun susah didapatkan. Nelayan biasanya mendapatkan solar sebagai bahan bakar utama melaut melalui tangan ke sekian.
Ditambah seringnya banjir rob karena mangrove berusia tua sudah tak mampu menahan ombak yang datang. Hal-hal yang kita anggap sepele ini kalo berkumpul jadi satu pasti jadi masalah buat nelayan.
Itulah sebabnya, tak terlintas bagi mereka agar anaknya menjadi nelayan. Ngeri banget bayangin gak ada lagi ikan yang bisa kita konsumsi karena tak ada lagi yang mau melaut.
Padahal, bila nelayan merupakan sarjana bidang kelautan, tata cara penangkapan ikan jelas akan berbeda dengan nelayan tradisional.
Bukan impian belaka, nelayan bisa sejahtera bila nelayan merupakan orang yang berilmu.
KBA Pantai Cermin |
Untuk itu, Astra melalui program Kampung Berseri Astra berusaha menaikkan taraf hidup nelayan. Bukan! Bukan langsung menyuapi nelayan biar kenyang. Tapi membuka wawasan dan mengajak nelayan berpikir apa yang mereka butuhkan untuk naik kelas.
Seperti KBA Pantai Cermin Kanan, Astra sudah mendampingi sejak beberapa tahun ini. Bukan tanpa alasan, Astra ingin Desa Pantai Cermin Kanan menjadi desa mandiri.
Program yang sudah dirasakan para nelayan terdiri dari beberapa pilar. Pendidikan, yakni memberi beasiswa untuk anak nelayan agar mereka berpendidikan tinggi.
Menurut kepala lingkungan 1, jelas ini berpengaruh sekali. Dulunya anak-anak mereka tamat SMA saja, sudah baik sekali. Sekarang anak-anak Desa Pantai Cermin Kanan sudah banyak yang menjadi sarjana.
Bersama Kepling link 1 Desa Pantai Cermin |
Selain itu, dari segi Kesehatan, Astra pun bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
Untuk lingkungan, Astra bersama masyarakat nelayan juga menanam mangrove sebagai ekosistem untuk kepiting bakau yang memiliki nilai tinggi juga sebagai penahan banjir.
Untuk meningkatkan ekonomi nelayan diberi banyak pelatihan dan wawasan agar naik kelas menjadi nelayan yang memiliki banyak pengetahuan.
Selain itu, para wanita di Desa Pantai Cermin Kanan juga diberikan banyak kesempatan untuk menggali potensi yang mereka miliki. Contohnya Anyaman.
Eva Harlia, seorang warga Desa Pantai Cermin Kanan bersama para wanita berbagai usia membantu perekonomian keluarga melalui anyaman.
Eva Harlia |
Awalnya menganyam adalah kegiatan budaya turun menurun kata Eva. Dulunya, setiap gadis yang akan menikah, wajib membuat tikar pandan buatannya sendiri untuk dibawa ke rumahnya kelak.
Lama kelamaan kegiatan anyaman mulai pudar. Hanya orangtua saja yang masih menganyam sebagai kegiatan pengisi waktu luang.
Bahan baku tikar pandan, yakni pandan laut |
Tak ingin budaya menganyam hilang, Eva dan teman-teman dari komunitas pengrajin anyaman desanya, pun mendirikan Menday Gallery agar hasil anyaman bukan hanya sekedar nilai budaya tapi juga bisa membantu perekonomian keluarga nelayan.
Proses mengolah bahan baku |
Luar biasa, bersama Astra mereka difasilitasi untuk berkembang hingga ke ranah internasional. Pesanan datang bukan hanya dari lokal namun berhasil hingga ke Yunani.
Bahkan menurut Eva, sudah repeat order yang ketiga kali dalam jumlah besar. Eva tak hanya ingin berhenti sampai di situ.
Pengenalan anyaman kembali ke anak gadis pun dilakukan. Bahkan sekarang sedang dalam proses untuk membuat HAKI untuk beberapa motif asli Tikar Pandan Serdang Berdagai.
Proses pewarnaan pandan |
Produk anyaman bukan hanya tikar pandan saja. Tapi juga tas, dompet maupun hiasan dinding. Pesanan dari luar negeri juga beragam.
Terkadang mereka mendapat pesanan dengan motif berbeda. Foto burung misalnya. Eva dan teman-teman menyanggupi bahkan pemesan merasa puas.
Tas anyaman |
Produk anyaman |
Untuk motif bergambar Eva punya Tim khusus yang akan memecah gambar menjadi motif tertentu. Tak lama, sekitar 2 hari motif baru bergambar bisa dipelajari.
Eva pun menerapkan gaji standar sesuai UMR rekomendasi dari Bank Indonesia untuk wanita pekerja dari rumah. Hal ini pastinya membuat banyak rumah merasakan hasil kerjanya yang membantu perekonomian.
Mulai dari anyaman, tak lupa Eva menerapkan tabungan untuk ibu-ibu pekerja. Hasil kerja mereka sebagian ditabung untuk kebutuhan sekolah anak.
Sekarang, impian mereka adalah menjadi desa ekspor hasil anyaman. Bukan main-main, namun Eva dan teman-teman berjuang agar mereka mampu menghasilkan banyak produk untuk memenuhi kebutuhan pesanan luar negeri.
Yang lebih menarik lagi, kini beberapa Desa lain terinspirasi untuk menjadi Desa Mandiri layaknya Desa Pantai Cermin Kanan. Semoga KBA Astra Pantai Cermin Kanan mampu mewujudkan impiannya menjadi Desa Mandiri dan Desa Ekspor hasil anyaman.
Tentang Kampung Berseri Astra
Kampung Berseri Astra merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.
Melalui program Kampung Berseri Astra ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.
Dalam menentukan dan memilih calon Kampung Berseri Astra (KBA) terdapat beberapa tahapan yang harus dilewati, antara lain:
Kampung Wisata
Kampung Berseri Astra Wisata merupakan Kampung yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perkampungan, baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adata istiadat dan keseharian.
Kampung Hijau
Kampung Berseri Astra Hijau merupakan suatu perkampungan yang memiliki lingkungan hijau yang asri dan sehat, serta menerapkan program pelestarian fungsi lingkungan baik pada komponen lingkungan (biotik dan abiotic) maupun komponen sosial ekonomi, pendidikan dan budaya serta kesehatan masyarakat.
Kampung Produktif
Kampung Berseri Astra Produktif merupakan salah satu konsep kampung mandiri yang mampu menjadi pusat pembelajaran dan memenuhi kebutuhan sendiri melalui kegiatan produktif dan meningkatkan kualitas hidup di bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi
Kampung Cyber
Kampung Berseri Astra Cyber merupakan suatu konsep Kampung modern dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi dan Informasi dalam setiap komponen kehidupan Kampung, mulai dari yang berkaitan dengan administrasi Kampung, interaksi sosial, kehidupan ekonomi, pendidikan dan budaya.
Kampung Budaya
Kampung Berseri Astra Budaya merupakan Kampung yang mempunyai potensi adat, tradisi, kesenian, kerajinan, arsitektur, dan tata ruang yang masih nyata ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari dan masyarakat kampung berupaya nyata untuk melestarikan dan mengembangkannya.
Sumber Tulisan:
https://news.detik.com/kolom/d-5521785/potensi-perikanan-konsumsi-ikan-dan-kesejahteraan-nelayan
https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com
Pernah baca novel yang menceritakan kehidupan nelayan pada umumnya. Kalau ingin novel itu sedih banget rasanya membayangkan kehidupan nelayan yang banyak tidak sejahtera dengan begitu banyak pengorbanan yang harus ia lakukan untuk menghidupi keluarganya. Semoga kedepannya pemerintah kita lebih peduli terhadap nasib-nasib keluarga buruh seperti nelayan dan petani.
BalasHapusUngkapan para orang tua yang menjunjung tinggi pendidikan banyak yg begitu kak. Misalnya, petani tak ingin nanti anaknya bertani. Dsb.
BalasHapusSemua itu keluar dari pengalaman mereka yang merasakan bahwa pekerjaan tradisional bertani, nelayan, dll itu susah.
Dulu pas awak smp di salah satu kabupaten di Jambi, pelajaran PKKnya adalah bikin anyaman.
BalasHapusBikin anyaman besar dikit dari saputangan, seperti taplak meja gitu de.
Saya suka menganyam.
Ibu-ibu dari desa di atas dan generasi mudanya belajar menganyam, saya jadi pen lanjut belajar menganyam lagi.
Tapi hebat sekali desa pantai cermin binaan astra ini. Hasil anyamannya sudah ekspor, ke eropa lagi.
BalasHapusDari dulu ngikutin kegiatan astra, salut deh sama astra, gak henti hentinya membangun manfaat untuk negeri
BalasHapusSenang sekali ada yang peduli dengan kondisi kesejahteraan nelayan kita. Mereka memang harus disupport, termasuk dengan adanya program Kampung Berseri Astra Pantai Cermin ini. Beragam kegiatan bisa diwujudkan, jayalah nelayan kita, semangaaatt!
BalasHapusSemoga suatu saat nanti generasi muda dapat melanjutkan profesi nelayan tetapi dengan metode modern dan menyejahterakan ya. Karena kalau anak-anak nelayan tidak diharapkan lagi mencari ikan, bisa-bisa diisi oleh nelayan asing, huhu. Menurut saya, boleh melanjutkan jadi nelayan, tp nelayan dengan teknologi canggih.
BalasHapus