Tips Belanja di Pasar Tradisional
Selama setahun belakangan saya kembali pindah berdekatan dengan rumah mama karena adik kami pindah ke luar kota dan tak lagi bisa membantu mama berjualan. Ya.. di usia 60 kemarin mama masih juga berdagang membuka warung berjualan sembako, sayur dan ikan. Di Medan kedai semacam ini dinamakan kedai sampah.
Beberapa kali saya usul agar mama berhenti, namun tampaknya berjualan lebih dari 40 tahun tak membuatnya rela meninggalkan kegiatan yang satu ini. Lagi pun, mama merasa masih kuat dan tak ingin berhenti dari kegiatan yang lama ia lakoni.
Sebulan sebelum bulan puasa menjelang, adik pulang dan mengajak mama ikut pindah bersamanya. Saat itu mama menolak dengan alasan aku akan kerepotan bila ditinggal mama. Akhirnya adik pun kembali sendiri. Namun, dua hari setelahnya mama merasa tidak enak badan. Napsu makan hilang hingga akhirnya mama pingsan.
Setelah melewati beberapa pemeriksaan kesehatan, akhirnya mama setuju untuk "resign" dari berjualan. Tinggallah aku seorang diri mengurus kedai ditambah kerepotan mengurus lima anak. Jujur, awalnya aku merasa sangat lelah dan kebingungan akan pengaturan waktu. Belanja ke pasar, berjualan, mengurus anak, masak dan kerjaan rumah hingga mengurus blog dan akun medsos untuk keperluan campaign produk. Ingin rasanya sehari ada 48 jam. Namun akhirnya perlahan bisa mengatur waktu lebih baik. Meski pada beberapa hal akan menghadapi pilihan pada sebuah prioritas. Mana yang akan diutamakan mana yang akan dilakukan setelahnya.
Nah.. setelah hampir dua bulan berkutat dengan kesibukan ini, akhirnya ada manfaat juga bisa membuat tips belanja di pasar tradisional. Jujur saja, bila saya memperhatikan dengan seksama, emak seumuran saya tidak banyak yang mau belanja di pasar tradisional. Alasan utama mungkin karena pasar tradisional bau dan becek.
Mama milenial seumuran saya memang lebih nyaman belanja di supermarket yang nyaman, tambah menyenangkan bila selesai belanja bisa nongkrong sebentar sambil kulineran dari satu cafe ke cafe sambil selfie. Hihihi. Atau pilihan lainnya, belanja di kedai seperti milik kami.
Padahal banyak sekali keuntungan berbelanja di pasar tradisional. Oh ya... Di Medan kami menyebut pasar dengan PAJAK. Jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tau (you sing, you lose) begitulah adanya kota Medan ini. Hihi.
So..pasar terdekat di rumah saya namanya pasar Palapa. Tentu orang Medan menyebutnya pajak Palapa. Pajak Palapa ini termasuk dalam jejeran pajak yang harganya murah meriah. Ada beberapa pajak yang memang harganya dikenal lebih tinggi. Wahai emak-emak sebaya... Tau gak, kelebihan berbelanja di pasar tradisional?
1. Harga Terjangkau
Untuk yang satu ini gak usah diragukan lagi. Di pasar tradisional kamu bisa temui harga bayam cuma seribuan dan harga kangkung 3 ikat cuma 2 ribu. Kalo agak rajin berjalan mengitari pasar, malah bisa ketemu kangkung sepuluh ikat cuma 4 ribu. Oke siiip.
2. Banyak Pilihan
Tentu pasar tradisional lebih lengkap dibanding supermarket. Mulai dari jenis ikan yang lebih banyak hingga bermacam jenis sayur.
3. Lebih Segar
Ikan, daging, sayur semua barang kebutuhan kita yang didapat dari pasar tradisional lebih segar dibanding beli di supermarket. Tinggal bagaimana kita memilih bagaimana barang yang berkualitas.
Dengan ketiga alasan tersebut, rasanya sayang donk menyiakan pergi ke pasar. Memang di masa pandemi sebaiknya menghindari kerumunan, namun satu pekan sekali bisa donk ke pasar demi food preparation.
Nah.. simak ya.. tips belanja di pasar tradisional berikut:
1. Perhatikan Keamanan
Di keramaian, bukan tidak mungkin banyak orang yang ingin mengambil kesempatan di tengah kesempitan. Jadi perhatikan keamanan diri kita saat berbelanja.
- Perhatikan Penampilan
Sebisa mungkin jangan mencolok dari yang lain. Pakai pakaian biasa (kalo bisa malah daster longgar biar kesannya ibu-ibu banget). Jangan lupa tanggalkan segala macam perhiasan. Ini mau ke pasar ya Mak.. bukan kondangan.
- Bawa Seperlunya
Sebaiknya sebelum berangkat sudah menyiapkan list yang hendak dibeli. Jadi kita tau berapa budget yang mesti disiapkan. Jangan bawa ATM atau hp kecuali urgent ya Mak. Kesemuanya itu letakkan dalam satu dompet yang tidak terlalu kecil dan tidak besar. Ukuran 7x10 cm rasanya sudah cukup. Jangan dompet yang biasa kita pakai. Kalo aku sih biasanya pake dompet gratisan dari produk berbahan katun. Lebih nyaman.
Dompet Katun |
- Tidak Meletakkan di Kantong
Karena dompet sekaligus berisi hp, maka gak semua bajuku memiliki kantong yang cukup. Memang sebaiknya tidak meletakkan di kantong. Biasanya pencopet sudah memperhatikan dari jauh di mana kamu akan menyimpan uang atau hp. Lalu di mana? Aku sih Mak, selalu kekep erat dompet tadi di ketiak. Kenapa? Bakalan terasa kalo ada yang narik. Lagi pun tertutup jilbabku saat belanja. Jadi keamanan maksimal.
- Titip Kendaraan di Tempat Terpercaya
Biasanya di pasar tradisional ada beberapa titik penyimpanan kendaraan. Kalo aku biasanya berpindah-pindah tergantung di mana pedagang langganan berada. Meski dititip ke pedagang yang dipercaya, tetap gunakan kunci ganda karena tak mungkin kita menyerahkan begitu saja, pedagang pun di saat ramai bisa luput dari memperhatikan kendaraan kita.
2. Trial and Error
Kadang apa yang terlihat bagus belum tentu beneran bagus. Misalnya, kita lihat ikan tampak segar ternyata efek es yang banyak. Atau sayur yang tampak bagus, ternyata di dalamnya sudah busuk.
Trial and Error memang adalah jalan kita belajar dari pengalaman. Solusinya adalah berlangganan. Pilih salah satu penjual yang dirasa amanah. Barangnya bagus, harganya murah dan timbangan yang pas. Pasti ketemu!
Kalo sudah berlangganan kita tak segan lagi memberi tahu bila ternyata kemarin timbangannya kurang satu ons misalnya. Si penjual pun biasanya akan mengganti kerugian kita.
3. Memakai Sepatu Boot
Sepatu boot karet adalah pilihan tepat saat kita hendak berbelanja di pasar tradisional. Selain melindungi kaki dari becek, sepatu boot juga aman agar kita tidak terpeleset.
4. Menjaga Protokol Kesehatan
Yaaa tetap donk pakai masker dan menghindari sentuhan. Meski pada saat tertentu pasar tradisional sangat ramai, namun bisa kita atur dengan jam-jam aman berbelanja.
5. Hindari Weekend dan Hari Besar
Buat emak-emak yang menjalankan food preparation yang ke pasar hanya sekali sepekan sebaiknya hindari Sabtu, Ahad dan hari besar.
Hari Sabtu dan Ahad biasanya sangat ramai dan tidak leluasa memilih barang berkualitas. Hari besar agama tertentu juga dihindari agar barang yang kita cari selalu tersedia. Ya kadang banyak pedagang yang libur pada hari besar tertentu.
Paling aman sih belanja di pertengahan pekan seperti Rabu dan Kamis. Harga juga stabil di hari-hari tersebut. Di pajak Palapa, ungkapan "Senin harga naik ada benarnya"
Ikan dan cabai serba sayuran gunung biasanya di hari Senin sering mengalami kenaikan harga. Selain itu barangnya juga tidak terlalu bagus. Kenapa? Karena pasokan barang di pajak Palapa sering dari tanah Karo. Di hari Ahad mereka biasanya libur pergi beribadah, makanya stok hari Senin menjadi sedikit dan kurang bagus karena produk yang dipanen di hari Sabtu.
6. Berdoa
Karena pasar adalah tempat ramai yang tidak kita tau kejahatan bisa ada di mana saja, maka selain menjalankan tips di atas, dibarengi dengan doa agar kita selamat.
Semoga dengan tips di atas, berbelanja di pasar tradisional menjadi lebih menyenangkan ya Mak..
Kamu punya tips apa selain yang disebut di atas? Kuyyy cerita di komen..
Saya biasanya belanja di supermarket tapi memang begitu belanja ke pasar tradisional harganya murah banget. Tapi buat saya cowok, malesnya belanja ke pasar gitu kalau rame banget waduuhhh gontok2an sama emak2 lain malesin banget 😆
BalasHapusBtw disebut pajak karena bahasa bataknya pasar itu pajak, jadi bahasa serapan untuk bahasa di daerah sumut 😁
Kalau di kampung saya pasar tradisional justru adanya hari Selasa dan Jumat. Jadi dua hati itu aja ada pasar. Selain itu ga ada yg jualan. Maklum masih tradisional banget pasarnya hehehe
BalasHapusMbak Icha, usia Mamanya sebaya dengan kakak pertamaku ..Semoga Mama sehat selalu ya, Masih semangat dengan kedai sampahnya, Mbak Icha yang lanjutkan aja kalau gitu meski Mama ga di Medan lagi. Btw, aku jarang ke pajak nih di Jakarta, karena memang ga ada pasar dekat sini. Juga, di depan komplek tuh tukang sayur berjejer rapi...mau apa aja ada hahah alesyan ya. Tapi sesekali masih kalau lagi pengin cari yang enggak ada di tukang sayur. Beneran memang, mesti butuh persiapan biar aman
BalasHapusDompet emas kecil adalah wadah uang ternyaman untuk saat ini. Terus godaan masuk pasar adalah beli jajan yang nggak harusnya masuk list belanjaan astagfirullah
BalasHapusSampai ibuku hafal, aku kalau pulang belanja jajannya nggak pernah lupa wkwk
sebenarnya pakai perhiasan ke kondangan jg gak boleh sih kak cha, ngeri juga hahaha tambahan kak cha, bikin list apa aja yg mau dibeli, kadang kalo gak gitu suka lupa beli apa hehe
BalasHapuskeinget dulu pas di bdg belanjanya di kedai sampah deket kosan aja, karena pajaknya jauh kudu naek angkot 😂 dan emang lebih puas mau nyari apa aja ada di kedai sampah
BalasHapusSemoga mamanya sehat selalu mbak..
BalasHapusOh iya kalo sya sukanya belanja di pasar tradisional itu karena bisa nawar hihi...
Dan gak perlu berstyle skali, biar gak mandi masih bisa aja keaana gak usah malu kalo ke mall paati diliatin hihi
Saya jadi mengingat-ingat kapan terakhir kali ke pasar tradisional. Hehehe.
BalasHapusSaya nggak begitu suka pasar dari kecil, karena di imaji saya, pasar itu identik dengan tempat yang kotor, dan berdesakkan. Terpatri banget sampai hari ini sehingga kalau nggak terpaksa ya nggak ke pasar. Biasanya mengandalkan tukang sayur yang lewat depan rumah ataupun belanja pakai aplikasi.
Kalau aku biasanya ke pasar habis Shalat Subuh karena barang-barangnya lebih segar dan lebih murah. Misalnya aja kalau beli tahu satu bungkusnya itu lima ribu. Nah, kalau beli pas Subuh, kita bisa dapat tiga ribu dengan kualitas yang lebih baik.
BalasHapusLalu, di tempatku kan ada dua pasar yaitu pasar Loa Janan yang dekat sama rumah dan pasar Subuh yang jauhnya sekitar sekilo dua kilo. Kalau bisa, aku stok barang dari pasar Subuh karena pasar Loa Janan juga stoknya dari pasar Subuh.
Haha iyaa yaa aku jg males banget kalo bawa hp atau dompet ke pasar. Seringnya cuma bawa uang secukupnya dah gt ajaa
BalasHapusSaya belanja di keduanya...
BalasHapustergantung mood.
kadang pengen ke pasak or pasar.
Kadang di kedai sampah dekat rumah...
kadang gak masak hehehehe
saya jarang sekali belanja ke pasar tradisional awalnya, semenjak saya kuliah di Yogya saya sering ke pasar tradisional dnegan teman ternyata seru juga ya, meskipun saya ga punya keahlian nawar ahhah dan ga tega aja nawarnya karena harga mereka biasanya tetep lebih murah dari harga di swalayan. jadi kangen ke pasar
BalasHapusKakak udah jarang lg nih ke pajak, Cha... soalnya pajak Simpang Limun di dekat rumah kami, wuihh bersenggolan bahu saking padatnya manusia. Nice tips ya Cha, semoga mama Icha sehat2 yaa
BalasHapusDv kalo mau ke pajak mikir2 dulu mak. Bakal rame banget apa nggak, bakal becek banget apa nggak, wkwk. Sebenernya kalo mau beli dalam jumlah banyak, lebih enak ke pajak sih ya. Jauh lebih murah. Kami seringnya beli nggak banyak, jadi mending ke kede sampah aja. Makasi tips nya yaa
BalasHapusSebelum pandemi rajin banget ke pasar. Sekarang belanja ke pasar tradisonal serwm karena banyak yang gak mematuhi protokol dan tetap aja rame kaya gak ada pandemi akhirnya beli ke supermarket. Biasanya kalau di supermarket beli kalau ada diskonan karena harga gak beda jauh dengan pasar tradisional.
BalasHapusDompet hati-hati kl ke pajak, apalagi kl pajak yang ramai, wuihh, emak-emak zaman old naruh dompet belanja kadang sampai ke dalam bra atau ada kantung rahasia di CD, hihi...
BalasHapusNice tips ya Cha
aku termasuk yang masih suka belanja sayur di pasar tradisional kak, tapi cari pasar yang kecil aja bukan yang besar. kalau besar aku malah rada pusing, makin banyak pilihan dan makin banyak orang berkumpul. apalagi di zaman pandemi begini.
BalasHapusDitempat kami di padangsidimpuan org pada umum masih berbelanja di pasar tradisonal kak swalayan belum ada disini :)
BalasHapus