Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita KTD-ku

blogger parenting.com

 

 "Adek pusing, mual.. kayaknya asam lambung naik nih.. beli obat lah yank..." kataku pada suami.

"Adek kan masih menyusui, apa ada obat asam lambung yang aman?" Tanyanya kembali.

"Udah, tanya aja apoteker" jawabku sembari menyusui bayi sepuluh bulanku yang tak lain adalah anak ke empat.

Kemudian suami keluar rumah membeli apa yang aku pesan. Sambil menunggunya sempat tertidur sekitar 5 menit.  Saat itu masih pagi, anak-anak baru saja diantar suami ke sekolah. 

"Dek.. ini coba dulu" katanya menyerahkan satu kemas alat uji kehamilan. 

"Kan adek bilang obat asam lambung. Kok testpack?" Kataku marah sambil melotot. 

"Dicoba aja dulu.. Abang belum ketemu obat yang aman.."

"Iiih adek kan masih menyusui, lagi pun belum pernah haid semenjak nifas. Mana lah mungkin hamil.." kataku lagi.

Akhirnya aku ke kamar mandi setelah berulang suami menyuruh mencoba. Aneh betul, pikirku. Aku kan belum mengalami satu periode menstruasi pun semenjak melahirkan si anak nomer empat. Mana mungkin aku hamil. 

Keluar dari kamar mandi, wajahku kesal. Merah karena marah. Kenapa bisa dua garis yang tertera di benda kecil itu. Suami yang belum tau apa hasil yang terdapat pada alat uji kehamilan tersebut semakin bingung dengan sikapku. Apalagi saat aku menatap tajam padanya. 

"Kenapa?" Tanyanya.

"Semua gara-gara Abang.. kan adek bilang beli obat asam lambung, kenapa Abang beli testpack?" 

"Hasilnya apa?" Tanyanya kembali.

"Pokoknya adek gak mau hamil!"

"Astaghfirullah.. istighfar Dek.." 

Aku berlalu ke kamar menangis. Kenapa aku hamil? Kok bisa hamil? Masih sambil sesenggukan melihat si bayi nomer empat masih tertidur. Bayangkan, punya anak empat saja jauh dari rencanaku. Kini aku harus mengandung anak kelima? Sungguh berat sekali kenyataan ini. Ditambah saat itu kondisi keuangan kami sedang tidak stabil. Anakku yang lain pun masih terhitung kecil-kecil. 

Ternyata baru aku sadari, pemahamanku selama ini termasuk mitos yang berkembang di masyarakat. Dikatakan bila masih aktif menyusui maka akan terjadi KB alami yang bisa membuat ibu menyusui tidak akan hamil. Apalagi bila ibu tersebut belum mendapatkan siklus menstruasi sejak nifas. 

Memang mitos ini bisa jadi fakta asalkan terpenuhi 3 syarat yang ternyata aku tak ketahui. Menyusui sebagai KB alami disebut juga metode amenorrhoe laktasi atau lactation amenorrhoe method. Apa sih syarat agar menyusui bisa jadi KB alami?

1. Ibu belum mendapat siklus menstruasi sejak melahirkan.

Yang ini memang sudah terpenuhi. Hingga sadar bahwa telah hamil, aku juga belum pernah menstruasi.

2. Hanya efektif di usia bayi 0-6 bulan.

Hikssss.. ini nih yang ter-skip dari pengetahuan Emak. Selama ini aku cuma termakan mitos "asal tak menstruasi berarti tidak hamil".

3. Jeda bayi menyusui tidak lebih dari 4 jam.

Karena umur anak ke empat sudah lebih dari 6 bulan, otomatis sudah mulai MPASI. Terkadang saat tidur malam, pernah sesekali terjeda menyusui hingga 5 jam. 

Misalnya, saat mau tidur jam 8 malam, terakhir menyusui di jam 8 malam. Seharusnya sebelum jam 12 malam, setidaknya aku menyusui si kecil. Namun terlewat hingga ke jam satu dini hari. Nah.. celah ini nih yang bisa membuat metode amenorrhoe tak lagi efektif.

Syarat metode amenorrhoe laktasi


Apakah kemudian setelah menangis di kamar, aku terima kehamilan dengan ikhlas? Gak. Sempat terjadi yang namanya KTD. Alias Kehamilan Tidak Diinginkan. 

Senada dengan data studi dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di 12 kota dari tahun 2000-2011 menunjukkan bahwa 73-83 persen wanita yang ingin aborsi adalah wanita menikah karena kegagalan kontrasepsi. Rasanya studi ini mewakili aku banget karena sejak kehamilan kedua hingga ke empat, semuanya dikarenakan kegagalan kontrasepsi. Meskipun pada kehamilan sebelumnya aku tidak pernah mengalami KTD. 

Kemudian di suatu siang, ada sebuah chat dari seorang teman. Aku membatalkan janji untuk bertemu karena sedang mual. Di saat itulah ia memberikan selamat sembari berkata, "MasyaAllah..kamu bener-bener banyak diberi berkah oleh Allah.. aku yang ingin punya anak kembali belum mendapat amanah itu.. sementara kamu sudah akan diberi lima.." 

Deg! Saat membaca chat yang ia kirim berkelebat tentang banyaknya teman yang masih menunggu diberi momongan hingga bertahun lamanya. Bahkan adikku sendiri belum juga dikaruniai satu anak pun meski sudah hampir 8 tahun menikah. Bayangan kufur nikmat menghantui berganti menjadi sadar akan rezeki yang Allah telah titipkan.

Setelah sadar dengan kekhilafanku, akhirnya bisa menjalani kehamilan dengan nikmat. Anak-anak, mulai dari si sulung hingga nomer tiga yang saat itu berusia 8, 6 dan 5 tahun mulai mengerti membantu pekerjaan rumah. Bahkan di saat aku sedang kehabisan tenaga, anak lelakiku yang berumur 5 tahun itu sudah bisa memasak telur dadar untuk makan siangnya. Duh sungguh terharu. 

Tidak ada kesulitan yang berarti saat kehamilan ke lima ini. Oh ya, aku masih saja tetap menyusui bayiku meski sedang hamil. Juga tidak ada kendala kecuali puting yang sering lecet. Bagi ibu yang menjalani breastfeeding while pregnant pasti tau banget rasa sakit dan perih saat si kecil menghisap payudara. Suami yang sering melihatku kesakitan saat menyusui sempat menyarankan agar aku menyapih saja si kecil. Namun aku tidak tega. Bayi mungil yang belum genap setahun itu membuatku merasa bersalah. Biarlah sakit kurasa, asalkan ia tetap nyaman meski ada calon bayi di rahimku. Aku juga tidak ingin ada sibling rivalry sejak dini. Karena nantinya anakku yang keempat akan genap setahun setengah saat memiliki adik. Tentu ia masih memiliki hak 6 bulan lagi menyusui. Sejak hamil aku pun bertekad akan melakukan tandem nursing saat adiknya lahir.

Akhirnya tiba lah sembilan bulan kehamilan. Aku tak ingin bertanya pada dokter saat memeriksakan kehamilan, apa jenis kelamin anak kami. Karena yang aku butuhkan hanya info berat badan janin dan letak bayi yang sudah sesuai. 

Di hari-hari menunggu kelahiran aku sempat terpikir bagaimana bila si kecil lahir di rumah karena di trisemester akhir aku sering merasakan Brixton Hicks. 

Saat itu Ramadhan ke 13. Aku masih berpuasa bagaimana selayaknya orang sehat yang normal. Masih juga menyusui anakku yang keempat. Sehari sebelumnya, kontraksi palsu sangat menyiksa. Namun tetap tidak memeriksakan ke bidan terdekat karena belum keluar tanda akan bersalin. 

Menjelang Ashar, setelah menidurkan bayi aku beranjak akan bersiap shalat. Rasa sakit membuatku berhenti dan mengatur pernafasan. Anak lelaki yang baru terbangun melihatku meringis menahan sakit bertanya, 

"Mama kenapa?" 

"Bangunkan kak Cheryl ya.." pintaku padanya untuk membangunkan si sulung.

Keduanya kuberi perintah mencuci perlak besar yang lama tak terpakai. Kukatakan sebagai persiapan manatau beneran adiknya lahir tanpa mengeluarkan tanda apapun. Sementara aku masih mencoba memencet beberapa tombol pengisian token listrik. Anak-anak pun menjemur perlak. Seluruh nomer belum selesai diinput, perlak belum lagi kering, tiba-tiba rasa sakit diiringi mengejan tanpa sadar (spontan).

Kuberi aba-aba agar si sulung sigap meletakkan perlak di atas tempat tidur, sementara si anak nomer tiga tadi memanggil tetangga. Aku pun menelpon suami, mengabarkan akan melahirkan. Ia terkejut. Tetangga kuminta untuk memanggil bidan terdekat. 

"Ma.. tidak mau minum dulu?" Tawar si sulung ketika aku hendak mengejan. Ya Allah lupa kalo aku masih berpuasa. Aku mengangguk. Sehabis minum, gelombang kontraksi datang dengan kuat, aku mengatur posisi melahirkan crawling karena tanpa bantuan. 1,2,3 Alhamdulillah bayi keluar.

"Ya Allah udah lahiran? Bude, tetangga masuk ke kamar jadi kebingungan karena suara bayi sudah terdengar. 

"Aduh, bude bingung, apa yang harus dilakukan" katanya.

"Bude, tolong pegang bayinya ya.. biar saya balik badan. Mau inisiasi menyusui" pintaku.

Setelah itu beberapa tetangga kanan dan kiri membantu memasak air untuk persiapan bidan membersihkan aku dan bayi. Ada yang beberes rumahku, ada yang menyuapi si nomer 4 ketika baru terbangun. 

Salah satu tetangga yang tau anakku berpuasa, mengajak buka puasa di luar bersama mereka mulai yang nomer 1 hingga nomer 3. 

Setelah bidan datang dan menyelesaikan tugasnya, suami pun datang bersama kakak iparku. 

Sore itu, sore paling kukenang di hidupku karena banyaknya tetangga yang peduli dan membantu. 

Apa yang harus dilakukan saat terjadi KTD?

1. Cerita ke Orang yang Peduli

Tumpahkan semua keluh kesah kita ke orang terdekat yang memang peduli. Hindari berkeluh kesah di medsos karena akan mengundang banyak pro kontra. Ketika ada orang yang kontra kita akan semakin tertekan. Percayalah sesungguhnya kita hanya butuh mengeluarkan unek-unek yang ada di hati kita.

2. Tumbuhkan Rasa Syukur

Coba ingat-ingat siapa di sekeliling kita yang belum punya keturunan. Atau ingat-ingat lagi ketika ada teman yang curhat tentang perjuangannya mendapatkan momongan. InsyaAllah hal ini akan menumbuhkan rasa syukur kita. 

3. Minta Bantuan Suami

Ketika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, mintalah bantuan suami untuk membangun rasa kepercayaan diri kita bahwa kita mampu mengemban amanah ini. 

Pasangan adalah orang yang paling berpengaruh terhadap mood yang kita punya. Maka tidak ada salahnya untuk mencari bantuan darinya.

4. Ingat Hal ini

Ingat hal ini: tidak ada ujian yang tidak sanggup kita emban. Karena Allah akan selalu memberikan kita ujian sesuai dengan kekuatan yang kita punya. Percayalah pada kekuatan diri kita yang sudah diamanahi atau dipercaya.

Apa yang harus dilakukan saat hamil tidak diinginkan


Nah, bila ingin tau lebih banyak tentang Kehamilan yang Tidak Diinginkan  boleh baca di web The Asian Parent. Karena The Asian Parent adalah situs web parenting terpercaya. Banyak sekali artikel tentang parenting dan pengasuhan. 



blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

86 komentar untuk "Cerita KTD-ku"

  1. Iya bun, kadang kita terkejut ketika hamil tidak sesuai dengan rencana dan anak kita masih kecil. Tapi kembali lagi, diluar sana ada banyak orang yang menginginkan momongan tetapi belum diberi. Maka dari itu kita harus selalu bersyukur terhadap nikmat yang Allah beri. Oya bun, makasih sharingnya...

    BalasHapus
  2. Sebagai laki-laki saya kok "ngakak" dan "senyum2 sendiri" baca potongan tulisan di artikel di atas yang menyebutkan " Apakah kemudian setelah menangis di kamar, aku terima kehamilan dengan ikhlas? Gak. Sempat terjadi yang namanya KTD. Alias Kehamilan Tidak Diinginkan.", loh kan sudah ngerasain enaknya, kok jadi kehamilan yang tak diinginkan??? haahahha :D

    BalasHapus
  3. Huuaaaa... Bacanya sambil dia dalam hati, semoga saya juga dikasi rezeki hamil... Mba jangan nangis kalau hamil lagi, bnyk yang mau tapi belum dikasi. Heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah mba..
      Saya doakan semoga segera Allah ijabah ya ❤️

      Hapus
  4. Banyak rizki kak
    Kami aja blm di karuniai anak
    Semangat 😀👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang. Semoga segera Allah beri kepercayaan buah hati ya bang.. Aamiin

      Hapus
    2. Amin. Sehat terus buat kita semua

      Hapus
  5. halo kak,
    wah saya juga mengalami KTD nih untuk anak kedua, benar - benar di luar perencanaan dan memang santay gak pasang KB. gak taunya kan dapet bonus, hehehe. awalnya saya juga stress dan selama hamil banyak sakit. tapi setelah bayi lahir dan sekarang sudah mau 4 tahun, nyesel rasanya dulu selama hami gak bahagia dan kurang ikhlas menerima pemberian ini. kadang memang kita banyak berencana tapi Allah juga yang menentukan, harus selalu siap sedia menerima kejutan apapun dalam hidup. karena itu bagian dari ibadah

    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak bener banget.
      Kalo menjalani hamil dengan bahagia akan lebih menyenangkan juga buat bayi. Karena dia akan tumbuh jadi anak ceria.

      Hapus
  6. Ichaaaa..... sampe bulan kemaren dv aja deg2an lho kalo belum dapet bulanan. Sempat nyeletuk juga "ini semua gara2 ayah!". Padahal dalam hati istighfar karena sadar banyak temen2 di sekitar yang belum dikaruniai anak. Thx for share makkk

    BalasHapus
  7. Saya gak terlalu mempermasalahkan jeda menyusui mba, sebab menyusui itu by demand. Kapan bayinya mau, saat itu saya berikan. Hihihi. Saya juga masih mengalami 3 bulan dulu, menyusui sambil hamil si kembar. Alhamdulillah teratasi dengan baik asal tahu tekniknya.

    Masya Allah, Emak Ali, semoga selalu semangat dan menginspirasi ya mba. Pada dasarnya kehamilan tak diinginkan itu tidak ada. Kita hamil karena Allah percaya kita bisa. Sehat-sehat selalu mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..
      Terimakasih banyak kak Mutia ❤️

      Hapus
    2. Someday harus kopdar ini sama Mba Icha buat curhat-curhatan. Hihihi. Sejak pertama kenal dengan jargon Emak Ali-nya, aq langsung kagum sama dirimu mba.

      Semoga Mba Icha dan si kecil sehat-sehat selalu sepanjang pandemi ini. Udah masuk musim hujan di Sumatra mba?

      Hapus
  8. Aku deg2an pas ngelahirin di depan anak2. masyaAllah, Allah kasih kemudahan ya mbak Icha bisa lahiran di rumah. Alhamdulillah bisa melewati ktd ini dgn baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks. Iya mba Ina..

      Aku kok ya terbayang apocalipto 😂

      Hapus
  9. Pengalaman berharga bagi pasutri. Tragedi KTD menjadi pembelajaran bagi siapa saja. Lucu ada juga sih Hehe...

    BalasHapus
  10. Kita toss dulu mbak, sayapun diamanahi 5 orang anak. Seru dan banyak dramanya. Tapi apapun itu, kita wajib bersyukur karena telah dipercaya oleh Allah Swt untuk menerima amanah.

    BalasHapus
  11. Masya Allah, terharu membacanya, Mbak. Baarakallahu fiikum. Saya membaca bagaimana perasaan dan sikap Mbak berubah perlahan hingga bersyukur dengan keadaan, puasa saat hamil, melahirkan di rumah ... ya Allah, banyak yang tak bisa demikian. In syaa Allah si nomor 5 akan jadi anak yang tangguh dan pengertian. Baarakallahu fiikum. Terima kasih telah berbagi inspirasi.

    BalasHapus
  12. Pengalaman mba menginspirasi sekali mba.. Hebat luar biasa.. Sukaa deh sama sharing mba ini ^^ Iya saya termasuk yang belum siap hamil di anak pertama karena pengin pacaran dulu setelah nikah eh dikasi cepet dan lama banget nunggu hadirnya anak kedua..

    BalasHapus
  13. Masya Allah poses melahirkan di rumahnya beneran bikin takjub. Mamak strong dirimu Mbak Icha
    Memang kehamilan tak diinginkan itu beneran mengagetkan ya...
    Tapi jika kita mengingat banyak yang menanti momongan, bersyukur akan nikmat jadinya.
    Semoga semua sehat ya..Ayah, Bunda dan kelima buah hatinya

    BalasHapus
  14. Masya Allah, Mbak. Aku bacanya sampai ikut deg-degan loh:). Aku aja yang tahu hamil anak kedua pas anak pertamaku baru 2 tahun, udah stress aja. Tapi, alhamdulillah sih suami dukung banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, iya mba.. yang penting suami harus mendukung kita supaya gak stress.

      Hapus
  15. Masyallah banyak anak banyak rejeki mbak. Tapi aku jg sepikiran sama mbak jika punya anak 4 tapi anak yg terakhir belum genap usia 1th dan dikaruniai anak lg ya Allah betapa capeknya mengurus anak, tapi itu semua adalah anugerah mbak. Allah mempercayai mbak karena itu diamanahi buah hati 5. Masyallah.

    BalasHapus
  16. Ya ampun ini dengan adanya fakta seperti ini kita belajar jangan percaya mitos tapi percaya dokter.

    Pantesan disuruh kb ya. Biar tidak jadi bubung /kehamilan tidak di inginkan

    BalasHapus
  17. mantaps lah cha...
    lahirannya lancar sekali...
    awak kalo hamil bawaannya tidur terus, karena pengaruh obat kali..
    semoga semua anak kita di beri kesehatan terus ya.. soleh dan soleha

    BalasHapus
  18. Masyaallah mbak, saya bener-bener terharu baca pengalaman melahirkanya. Semua saling membantu, apalagi anak-anak sudah bisa diandalkan di usia mereka yang masih kecil. Barakallah.
    Trus, menyusui sebagai KB alami ternyata syaratnya lumayan repot yak..hihi, pengetahuan baru nih buat saya

    BalasHapus
  19. Pastinya gak mudah ya mbak, di saat masih ada bayi malah positif hamil, tapi yg sabar aja, itu rezeki yang tidak semua orang bisa dapatkan

    BalasHapus
  20. Waah, bisa gitu mbak, tapi itulah namanya rezeki datangnya gak disangka2 ya, tapi semoga diberi rezeki yg cukup

    BalasHapus
  21. Masya Allah saya terharu bacanya mak ❤️ semoga sehat-sehat selalu bersama keluarga yaaa. Tetangganya pada baik-baik semuaaa, sungguhlah bahwa keluarga terdekat adalah tetangga.

    BalasHapus
  22. Ngomongin KTd bikin keingetan sama KTD aku sendiri. Saat itu anak kedua. Padahal anak pertama udah usia 3 tahun. Ngerasa KTD karena masih tinggal di mertua. Gak enak rasanya. Duh, berdosa banget rasanya kalo inget itu. Aku zalim sama bayi yang aku kandung. Alhamdulillah dia lahir sehat hingga sekarang. Dan kisah KTD hamil kedua ini aku tulis di buku antologi Storycake fo Ramadhan bareng IIDN.

    BalasHapus
  23. biasanya persalinan anak ke 4 dan seterusnya lebih cepat ya mba, saya bacanya tegang mba, salut banget mba bisa setenang itu saat melahirkan dirumah :) sehat selalu ya untuk mba dan keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak juga mba.. saya mudah di anak kedua sama kelima.
      Anak keempat sakit banget karena dirangsang pake induksi infus.
      Bener lah sakitnya seakan nyawa di ujung tanduk.

      Hapus
  24. Banyak mba yang KTD terus berujung stress memang orang terdekat haruslah menjadi orang yang terus mensupport

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba.. biar si ibu bisa menata hati dan juga pikirannya.

      Hapus
  25. KTD ini memang harus benar-benar dirangkul ya karena gak semua orang bisa sepertimu mbak, insya Allah selalu diberi sehat ya mbak.

    BalasHapus
  26. Sehat selalu ya Cha... Alhamdulillah meski KTD bisa lahir dengan normal, sehat2 dan selamat. Itu artinya KTD yang mendatangkan berkah ya

    BalasHapus
  27. KTD bisa jadi menyebalkan untuk kita karena datangnya secara tiba-tiba. tapi bisa jadi KTD ini membawa berkah mbak. sehat selalu untuk keluarga yaa..

    BalasHapus
  28. Wah Mak, lancar sekali persalinan ke 5 ini. Tidak ada robekan pastinya ya. Bahagia bersama 5 malaikat di rumah.

    BalasHapus
  29. Pantas saja ya cha jarak sama yg terakhir ni dekat baru tau awak, bicara ttg KTD ni memang butuh support suami dan keluarga banget

    BalasHapus
  30. Anak keduaku juga KTD nih, aku hamil lg pas anak pertama 3 bulan, sempet kaya denial bener awal awal hamil.. alhamdulillah sekarang rasanya bahagia banget punya dia anak jarak berdekatan.. ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba.. Denial ini yang kalo berkelanjutan jadinya depresi ya kan

      Hapus
  31. Kalau kata kakakku selama ada suaminya ya nggak apa-apa berarti itu anugerah dari Allah Swt yang patut disyukuri, jadi pelajaran buat daku saat nanti berumah tangga.

    BalasHapus
  32. jadi ingat sayapun juga saat hamil ketiga kemarin perasaannya nano-nano campur aduk Mbak, tapi balik lagi ingat masih banyak yang ingin hamil tapi gak diberi kesempatan, jadi langsung bersyukur dan menerima kehamilan dengan lapang dada.
    Alhamdulillah menyusui sambil hamil juga meski hanya sampai kehamilan 5 bulan saja dan si nomor 2 menyapih dini.

    MasyaAllah ya Mbak bisa melahirkan sendiri, Alhamdulillah dikelilingi dengan tetangga yang baik-baik ya Mbak.

    BalasHapus
  33. Mba ini bneran kisah kamu? Aku smpe gk bsa berkata2 takjub punya anak kelima keren bngt rejekinya aku mau punya anak lagi aja gk bsa karna sakit tiroid ..semngat terus ya mbaa...semoga anak2nya sehat semuanya

    BalasHapus
  34. Bagian yang mendebarkan,dihari kelahiran

    BalasHapus
  35. Aku juga sempat mengalami KTD pas kehamilan anak ketiga soalnya saat itu jaraknya 2 tahun saja dg kakaknya, duh ntah gimana perasaan aku itu. Tapi sekarang malah anaknya itu yg paling sayang dan lucu. Hihihi. Semoga sehat-sehat terus kita ya

    BalasHapus
  36. Masyaa Allah saya benar-benar tersentuh membacanya. Perjuangan banget ya kan. Bisa jadi referensi untuk ke depannya bagi saya. Yah, walaupun memang belum menikah. Semangat terus mengemban amanah. Anak-anak merupakan sebuah rezeki. Semoga sehat selalu.

    BalasHapus
  37. Barakallah Mom Icha. Aku baru tahu ada istilah KTD, hehe. Tahunya hanya kebobolan aja. Alhamdulillah yah lancar proses melahurkannya. Aku bacanya ikut ngebayangun dan deg degan hehe

    BalasHapus
  38. Jadi sekarang gazi, ada rencana dibikinin adek lagi ndak cha... hehehehe

    BalasHapus
  39. Masya Allah mbak luar biasa banget, sampe terharu bacanya.. Jadi inget salah satu artis yang KTD juga pas anak kedua. Sehat-sehat terus ya mbak dan keluarga..

    BalasHapus
  40. Huaaa..gak nyangka bisa terharu baca tulisannya mbak. Gak kebayang melahirkan di rumah itu kayak apa..sehat selalu ya mba..

    BalasHapus
  41. Mbaaa...masyaAllah lahirannya begitu mudah ya mba alhamdulilah btw setuju banget berceritalah pada orang yang peduli dan jangan di Medsos :) makasih ceritanya ya mba

    BalasHapus
  42. *peluk erat mbak Icha*

    Menghadapi KTD saja sudah sulit ya, memang sebaiknya cerita pada orang yang peduli saja supaya tidak perlu mendengar komentar tidak membangun.. Sehat terus ya, mbak

    BalasHapus
  43. I Feel you mba. Aku juga pernah menjadi ngalamin serupa ini. Merasa belum ingin hamil lagi karena merasa masih repot ngurus dua balita. Namun yaa Allah mengganjarnya dengan mengambilnya di saat aku sudah mulai menerima.

    BalasHapus
  44. Selamat ya mbak semoga dedeknya sehat selalu. Oh ya maaf mbak boleh minta no way nya sy mau tanya soal hemangioma yang mbak tulis karna anak saya juga mengalaminya, Terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  45. Hiks... Aku nangis baca ini. Perasaan yang kita alami sama Mbak. Sulit rasa hati menerima. Semoga bisa dikuatkan. Salah sendiri juga gak hati2 jadinya hamil. Padahal sebelum ini bisa 7 tahun gak ngisi. Mungkin memang takdir. Insyaallah yang terbaik dan dimampukan. Aamiin...

    BalasHapus
  46. Alhamdulillah ya mbak banyak berkah hidup mba , gak kebayang mbak gmna rasanya waktu lahiran di rumah, salut lah mba pokoknya

    BalasHapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️