Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wanita Tak Perlu Keluar Rumah?



Seorang wanita berkeluh kesah..
"Saya tidak bisa ikut mengaji lagi Bu.. Suami saya bilang perempuan itu paling gampang! Cukup shalat dan puasa, tak payah baca Al Quran dan ke sana-sini ikut kajian, asalkan suami ridho.. langsung masuk surga dari pintu mana saja.." 


Bukan sekali dua kali, bahkan saya sungguh sering mendengar lelaki berkata demikian. Mengapa kok kesannya mengaji menjadi sesuatu yang "menakutkan"?


Saya tak ingin menyela pembicaraannya. Di suatu kesempatan ingin saya sampaikan pada para suami di luar sana, 
"Situ ok?" Eeeh bukan..

Saya ingin bertanya, 
"Sehebat apakah kau mentarbiyah istrimu, sampai berani mengatakan bahwa ridhomu sanggup membawanya ke syurga?"

Tidak ada yang salah dengan kalimat ridho suami adalah yang utama. Namun, suami yang tidak ridho istrinya pergi mengaji sudah tentu adalah suami yang sulit dicari keridhoannya terhadap istri. Camkan itu Rhoma! Eh..



Kenapa perempuan mesti ikut tarbiyah?

Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa saya sampaikan, ini pas sekali baru saya dapatkan dari materi kajian yang saya ikuti baru-baru ini.. 

1. Penanaman dan Penjagaan Iman
Oo.. cuma iman? Tunggu, perkara iman tak sesimpel itu. Iman itu tidak semudah menurunkan warisan kepada anak cucu. Iman itu mesti diupayakan. 

Dalam Al Qur'an Surat Ibrahim ayat 24 


Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, 



Kalimat yang baik maksudnya adalah La Ilaha ilAllahu. Kalimat ini adalah kalimat mengesakan Allah dan mengimani bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Karena kita tinggal di Indonesia, yang lebih banyak tradisi dari banyak suku bangsa, tak heran bila banyak sekali budaya dan tradisi nenek moyang yang terkadang masih sering kita ikuti. Tak jarang berlawanan dengan kalimat tauhid.

Misal, bayi baru lahir sering diberi gelang atau benang yang dipercaya menjauhkan bayi kita dari makhluk halus. Padahal sejatinya sebaik-baik penjaga adalah Penjagaan Allah SWT.

Mampukah Engkau hai para suami, menanamkan nilai iman dasar sebagai modal istrimu mendidik anak?
Bila tak sanggup, masih berkata "Tak perlu jauh-jauh mengaji atau keluar rumah untuk menuntut ilmu?"


2. Amal Islami Menuntut Kerjasama Antar Personal
Dalam Al Maidah ayat dua disebutkan bahwa 


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Allah menganjurkan sesama muslim untuk ta'awun. Yakni saling tolong menolong dalam kebaikan. Tarbiyah adalah sarana saling tolong menolong dalam kebaikan. 


3. Penyiapan Akhwat Muslimah adalah Darurat
Pernah tau ada berapa banyak jumlah wanita Muslim?
Apakah semuanya berhijab? Apakah hijabnya konsisten atau hanya ketika pergi jalan-jalan? Sementara keluar rumah sambil jemur baju masih membuka hijabnya? Apakah mereka muslimah yang kaffah dan memang menjalankan kewajiban menutup aurat?

Warga Medan, warga Medan.. (eeh kenapa Medan aja? Karena kemarin lagi heboh sama yang ngaku ustadz terus posting betapa ia bangganya dengan istrinya yang tak menutup aurat! Nauzubillah min dzalik..). Saya main donk ke postingan dese, ealah dalllah.. ternyata banyak sekali muslimah yang nulis, "saya Muslimah  dan saya bangga tak berhijab" tsumma naudzubillah..

Semoga Allah selalu membantu kita untuk teguh menggigit ajaran Islam yang benar.Aamiin

4. Mempersiapkan Generasi yang Akan Datang yang Shalih 
Bila kita melihat ke belakang, para imam besar seperti Imam Al Bukhori, atau Imam Masjidil Haram, Imam As Sudais. Mereka begitu bertakwa dan juga hebat karena ibundanya bukan orang sembarangan. Artinya?
Generasi yang hebat pun dibentuk oleh ibu yang hebat. Untuk menjadi hebat tak bisa hanya diam di rumah tanpa ikut kajian. Orang hebat karena berilmu. Yang lagi menyakitkan adalah ketika kita beramal Shalih namun tak diterima karena kita belum berilmu. Mengerjakan ibadah sembarangan karena tak berilmu. 

5. Akhwat Muslimah Adalah Unsur Pokok Pembangunan Masyarakat
Dari mana di mulainya pembangunan akhlak sebesar-besarnya?

Dari rumah. Dari anak yang kita didik. Lalu, guru seperti apa yang kita harapkan mampu memberikan penanaman akhlak yang mulia bila sang ibunda bukan orang yang terdidik?

Anak-anak bersikap baik dan juga santun bukan karena nasehat yang kita tanamkan. Anak-anak lebih suka mencontoh apa-apa yang kita lakukan. Ibadah adalah salah satunya.
Tarbiyah mengajarkan kita konsisten untuk beribadah. Ada mutabaah yang menjadi pengingat kita agar konsisten dan juga bersemangat. Beramal sendiri, baik sendiri, berat sekali. Namun bila ada support system yang terbentuk, beramal dan berbuat baik adalah sebuah kemudahan dalam meraih pahala.

6. Fitrah Perempuan Diberdayakan untuk Menjadi Pondasi Kehidupan
Perempuan fitrahnya memang mendidik dengan sabar, lemah lembut dan penuh kasih sayang. Bukan tak mungkin fitrah tersebut hilang karena kondisi iman yang naik turun, kondisi lelah mengurus keluarga. Namun tak diingatkan kembali dengan ajaran-ajaran dan juga siraman rohani di dalam tarbiyah. Bahwa mendidik anak dengan baik adalah sebuah ibadah yang sangat mulia. Ibadah yang menghasilkan bukan hanya anak yang baik. Namun generasi hebat di masa mendatang. 
Mungkin saat ini kita terbiasa melihat anak berpacaran di usia pra baligh, pra pubertas. Namun bayangkan bila kita mendidik anak dengan baik, tiap rumah tangga muslim mendidik anak "la taqrobu zina" maka di masa mendatang akan menghasilkan banyaknya rumah tangga baik yang dimulai dengan taqwa.


Selain ke enam hal di atas, saya pernah diberitahu oleh seorang coach di bidang usaha, bahwa pengamalan muslim yang baik adalah di surat Al Ashr.  

Dikatakan semua manusia itu merugi kecuali melakukan 4 hal.
Yakni:
1. Beriman. (Belum cukup)
2. Beramal Sholih.(masih kurang)
3.Saling mengingatkan dalam kebaikan (sedikit lagi)
4. Saling mengingatkan dalam kesabaran. (Perfect)


Di manakah keempat hal tersebut di dapat?
Tentu dalam wujud komunitas pengajian dan tarbiyah. 

Lalu, dengan panjangnya penjabaran yang saya berikan. Masihkah bertanya dan menganjurkan istri hanya diam di rumah?


blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

57 komentar untuk "Wanita Tak Perlu Keluar Rumah?"

  1. Ikut geregeran bacanya. Kayak yang paling bener aja ya suami macam gitu. Mentang mentang Islam menganjurkan istri kudu taat pada suami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serius mba Ida, mencari ridho manusia tak semudah mencari ridho Allah. Karena manusia tempat salah dan lupa..
      Begitu pula suami, yang dengan kebaikan istri belum tentu puas..
      Tentu akan sulit mencapai ridho suami bila tak se-visi

      Hapus
  2. الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد:

    Tempat yang lebih baik bagi seorang wanita adalah di rumahnya. Jangan keluar dari rumah kecuali ada kebutuhan. Allah Ta’ala berfirman:

    وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى

    “Tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj sebagaimana tabarruj-nya wanita jahiliyah terdahulu” (QS. Al Ahzab: 33)

    Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    المرأة عورة، فإذا خرجت استشرفها الشيطان

    “Wanita itu aurat, ketika ia keluar, setan akan memperindahnya” (HR. At Tirmidzi)

    Dan dibolehkan bagi wanita untuk keluar ketika ada kebutuhan yang tidak bisa digantikan oleh orang lain, selama ia tetap berpegang dengan adab-adab syar’iyyah ketika keluar. Diantaranya yaitu dengan tidak ber-tabarruj dan tidak bersolek. Sebagaimana dalam hadits riwayat Al Bukhari:

    قد أذن الله لكن أن تخرجن لحوائجكن

    “Allah telah mengizinkan bagi kalian (para wanita) untuk keluar memenuhi kebutuhan kalian”

    Dan tidak wajib ditemani oleh mahram-nya (kecuali jika safar, pent.) juga tidak wajib meminta izin kepada orang tua jika kepergiannya tersebut masih dalam jarak aman. Jika dirasa tidak aman, maka wajib ditemani oleh ayahnya atau suaminya, atau saudaranya atau orang lain yang masih mahram seperti paman atau bibi. Wallahu’alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah, first time dikomentari ♥️

      Yuk kita garis bawahi sayang...
      Allah telah mengizinkan bagi kalian (wanita)untuk keluar memenuhi kebutuhan kalian.

      As u know honey, tarbiyah adalah kebutuhan.

      Makasih ya sayang, udah diizinin keluar menuntut ilmu.
      Semua coretan di blog insyaAllah dibuat sebagai bentuk pengingat diri

      Hapus
  3. terimakasih sharingnya. Semoga teman-teman muslim yang membacanya mendapatkan manfaat dari artikel ini :)

    BalasHapus
  4. Tipe suami kayak gitu sepertinya mirip² pemikiran suami sayalah, huhuu

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah suami saya sangat demokratis dan kami saling percaya. Ga pernah dia ngelarang ga boleh keluar rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah suami saya juga.
      Gak pernah ngelarang.
      Tapi minta izin dan info mau kemana kudu wajib ya kan..

      Hapus
  6. Alasan tdak mendapat ridho suami ini, benar-benar membuat Esmeralda naik darah. Untung naiknya dikit.
    BIasanya hanya alasan, karena tidak benar2 mendiskusikan dengan suami atau mnimal menjelaskan pentingnya belajar.

    BalasHapus
  7. nah ini dia kadang keadaan seperti ini agak sering dimanfaatkan para suami yang banyak akal untuk tidak bisa melihat istrinya berkembang, toh kalo snag istri bisa jaga dirinya dan saling percaya, insya Allah semuanya baik-baik saja

    BalasHapus
  8. Masalah ridho nggak ridho, mungkin di komunikasi ke suami. Mungkin ada sih suami yang menjadikan alasan kalimat tersebut untuk menghalangi istrinya aktif di luar rumah. Tapi suami yang baik pasti menerima alasan yang dijelaskan di atas jika dikomunikasikan dengan baik.

    BalasHapus
  9. Semoga saya bisa mendidik anak perempuan saya menjadi seorang muslimah yang baik

    BalasHapus
  10. Dalam beberapa hal aku merasa engga semoncer teman-teman sih dalam hal karier. Karena ya itu tadi...sabda suami...eh...kok sabda...ya nurut aja. Haha...Aku perempuan bekerja di luar rumah kok. Jadi engga dikurung. Suami yang "ketakutan" istrinya yg engga-engga di luar rumah, mungkin ngeliat negatifnya doang. Punya istri mandiri itu enak sebenernya lho. Tinggal minta izin yang bener dan ada hasilnya untuk keluarga. Itu kata aku lhooo...

    BalasHapus
  11. terima kasih, sharingnya. Saya pribadi hanya keluar jika suami mengizinkan. biasanya untuk pekerjaan harian seperti menjemout anak dan belanja saya tak perlu izin. tapi kalau datang di suatu acara saya izin dulu, dan hanya berangkat ketika suami bilang "ya". Jika beliau bilang "terserah" itu jawaban tidak buat saya, dan saya tetap di rumah. saya tak keberatan karena begitulah Rasulullah mengajarkan, ketaatan pada suami adalah mutlak. #semoga tidak salah

    BalasHapus
  12. Kok seperti pengekangan gtu ya lakinya.
    Menurutku kasih aja kebebasan, aku lebih suka memberikan keleluasaan, yang penting kita selalu kontrol, apa yang dilakukan harus memberikan manfaat, dan harus positif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnya kalo semua suami di Indonesia seperti Mas Kholis. Hehehe. Saya sih lebih saya bawain ke anak perempuan saya. Mosok yo kayaknya dia terkesan gak ada masa depan gitu setelah menikah. Kalo memang dia masih mau kerja ya seharusnya suami jadi support system yang bagus, selama istri tidak melupakan kewajiban utamanya untuk mengurus suami dan anak.

      Hapus
  13. wah, kalo aku bisa bludrek mba, kalo ga boleh kluar rumah hahahhah
    bikin postingan blog aja kadang butuh nongkrong di kafe qiqiqiqi

    BalasHapus
  14. Baruuu aja kemarin lusa saya lihat ceramah ustaz soal perempuan bekerja. Tidak ada larangan kok, asalkan bekerja seizin suami, menutup aurat, bukan pekerjaan yg melanggar syariat. Pak uztaz mencontohkan dulu Aisyah, putri Nabi juga ibaratnya seorang dosen, penghapal hadis terbanyak. Ada juga penata rias pengantin di zaman Nabi, saya lupa namanya. Intinya mah suami istri itu harus kompromi yaaaa.

    BalasHapus
  15. Nyuruh istri rumah aja?
    undangin guru ngaji ke rumah juga dong, sekalian ibu-ibu pengajian se kompleks. Bilangin pengajian mingguannya pindah ke rumah.
    Jangan lupa sediakan snacknya juga, syukur-syukur plus nasi kotak.

    BalasHapus
  16. Untuk ridho suami, bagi seorang perempuan yg sudah menikah mungkin sebaiknya didiskusikan dgn baik, bukan ke acara yg gimana2 tapi utk pergi ke majlis ilmu. Dan yg terpenting, tentunya ada perubahan ke arah yg lebih baik yang ditunjukkan istri setelah mengikuti pengajian.
    Kalau yg melarang, sepertinya ada 'sisi' laki2 dr suami yg sempat merasa kurang nyaman.

    BalasHapus
  17. Saya senang senang aja sih kl istri beraktifitas di luar rumah. Ikut aktifitas manapun ok, asal yg baik . Tenunya izin dulu, jd saya pin bisa pantau hehe

    BalasHapus
  18. Saya takut salah ini mau komentar.
    Karena suami saya kasih saya keluar, kasih saya explorasi dan meraih impian saya. Suami saya bilang itu salah satu cara membahagiakan saya yaitu support impian saya.

    Pentingnya mau apa-apa saya ijin dulu.

    BalasHapus
  19. Mbak, saya belum pernah tahu kondisi begini secara langsung. Tapi hari ini beberapa kali berseliweran di timelineku soal hal kyk gini, yang intinya itu ikhwan2 kalau gak pengen istrinya kerja atau beraktivitas di luar rumah sebaiknya stop cari istri yang saat ini bekerja dan berambisi mencapai karier tertentu. Kenyataannya, seringnya lbh suka yang aktif2 kaan. Kok jd kyk dalam sangkar. Apalagi kasusnya utk ngaji hehe.
    Memang tempat yg paling baik di rumah, tapi juga gak menghalangi dalam beraktivits yang wajar. Gak bisa bayangin kalau gak ada dokter kandungan atau perawat perempuan kalau semua perempuan kudu di rumah heuheu

    BalasHapus
  20. Itulah kenapa memang saat menikah kita sebaiknya mendapatkan suami yang sefikroh. Untuk meminimalisir hal-hal yang berbeda terutama dalam hal agama seperti yanng diceritakan di awal artikel ini.

    BalasHapus
  21. Duh, jadi rindu ikut kajian. Alhamdulillah selama ini suami nggak pernah melarang saya beraktivitas di luar rumah asal ngasih tahu dulu. Apalagi untuk kegiatan positif seperti ngaji. Semoga di tempat baru ini secepatnya dapat teman dan tempat ngaji.

    BalasHapus
  22. Alhamdulillah mbak, suami ku slalu kasih ijin aku keluar rumah untuk kegiatan/ hal2 yg positif. Malah dia kasian ma aku kalo aku nya di rumah ajh.

    BalasHapus
  23. Alhamdulillah selalu diizinkan suami untuk ikut kajian, berkomunitas, traveling, maupun melakukan penelitian di dalam kota maupun di luar kota. Semoga Mas suami teman yang tak bisa datang segera paham bahwa keluar tuk belajar adalah hak me time dan pengembangan diri istrinya.

    BalasHapus
  24. suami dan istri harus sama2 belajar dan berkembang, sehingga bisa menjadi mitra hidup yang seru utk diajak diskusi menentukan arah hidup, hehehe

    BalasHapus
  25. Apakah semua wanita yang harus didalam rumah, agak janggal juga sih. Tapi bahasan diatas sangat bermanfaat buat aku yang masih bingung dan ragu.

    BalasHapus
  26. Setuju komen di atas. Ambil jalan tengah. Tarbiyah di rumahnya si istri yang dilarang keluar, hihi. Sama-sama tercapai keinginan baiknya 😊

    BalasHapus
  27. Saya paling sering dipesankan sama mamah, kalau mau ke luar tanpa suami harus seizin suami. Untungnya suami gak pernah melarang selama memang untuk hal yang positif

    BalasHapus
  28. Alhamdulillah punya suami tak se ekstrim itu. Ada beberapa kegiatan yang beliau larang, sebenarnya. Tapi banyak juga kok yang dizinkan. Jadi masih seimbang saja. Dan yang jelas ada alasan mengapa beliau melarang atau mengizinkan.

    BalasHapus
  29. Aku kalau di rumah terus ga ada keluar2, yang ada malah pusing

    BalasHapus
  30. Aku pernah dilarang-larang seperti ini sama sepupuku. Aduh kalau diingat, kesal aku wkwkwk

    Semoga yang jadi suami aku nanti ngerti kalau aku anaknya nggak bisa diam di rumah, harus beraktifitas biar gak gabut di rumah wkwkwk

    BalasHapus
  31. Memang harus dikomunikasikan dengan baik ya, dan yang terpenting adalah tau ilmunya terlebih dahulu. Jangan hanya mendengar sepotong saja, sudah buru-buru mengamalkan tanpa cari tau secara lengkap

    BalasHapus
  32. Punya suami kyk.gt nyebelin banget ya. Seolah benar sendiri melarang2 kita keluar. Jd kuper donk dirmh aja

    BalasHapus
  33. Semoga aku gak jadi suami yang kayak gitu sih.
    Jangan lupa bahagia, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah kudu lebih bijak. memang tempat terbaik muslimah di rumah tp kalau keluar rumah demi tambah ilmu dan jaga iman, masa dilarang? anter jemput aja donk

      Hapus
  34. Walah ada ustaz begitu?
    Serem banget
    Gimana dengan jamaahnya?
    Saya setuju, Pengajian menguatkan iman
    Apa jadinya saya jika ga ikut tarbiyah, Mungkin balik ke agama Katolik

    BalasHapus
  35. Itu sih poinnya. Kadang ilmu agama itu dibacanya separo2. Gak selesai sampe akhir. Perempuan wajib taat, beberapa hal lebih baik dilakuin dirumah kaya sholat berjamaah. Tapi bukan berarti perempuan tidak boleh keluar rumah. Aku bagian dari yang menuntut sih. Perempuan juga punya hak sama dengan laki2 sepanjang kodrat dan kewajibannya dipenuhi sebagi perempuan

    BalasHapus
  36. Alhamdulillah selama belasan taun menikah, suami membolehkan saya beraktivitas keluar rumah, entah itu untuk ikut pengajian dll. Intinya saling komunikasi, saling percaya, dan sebagai istri keluar rumah pun untuk mencari atau berbagi ilmu. Melakukan hal yang bermanfaat

    BalasHapus
  37. Ku sungguh heran sama suaminya, kok untuk kegiatan yang udah jelas dan baik malah dilarang-larang. Eh itu ada ustadz yang begitu mba, istrinya gak menutup aurat enggak dipermasalahin. Aneh deh.

    BalasHapus
  38. Intinya mah sebelum keluar rumah sang istri harus ada izin dari suami.

    Jika tidak lebih baik yaa memang dirumah saja.

    Jadi apapun itu kegiatan wanita diluar rumah suami wajib tahu.😄

    BalasHapus
  39. izin suami memang perlu. saya pun kalau gak izinkan suami yaa gak jadi keluar. tapi kalau masalah ngaji, gak pernah ngelarang hadir. asal diantar beliau

    BalasHapus
  40. Susah ya klo punya pasangan begitu. Padahal belajar itu kan penting, seumur hidup kita.

    BalasHapus
  41. Benar Mbak, seorang istri bisa masuk syurga dari pintu manapun dengan ridho suaminya.

    Tapi masalahnya, sang suami juga punya kewajiban mentarbiyahi istrinya dengan baik. Namun kan suami sering sibuk, oleh karena itu izinkan aja istri ikut tarbiyah. Nah, biar lebih afdhol antar dan jemput dia ke tempat mengajinya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mencerahkan. Hehehe. Ini win win solution juga buat kita para perempuan yang sebagian besar sudah menjadi ibu juga.

      Hapus
  42. Dilemanya... Nanti saat istri lahiran, kalau semua perempuan stay d rumah.. istri yang nolongin di rumah sakit siapa ya mb?

    Makanya aku pribadi lebih setuju perempuan juga perlu keluar dan berkarir.

    BalasHapus
  43. Nah, kalau keluar rumah dengan tujuan menuntut ilmu apalagi ilmu agama lewat tarbiyah seperti ini memang seharusnya nggak boleh dilarang ya. Justru suami harus mendukung dan senang karena istrinya mau tarbiyah. Karena mendidik dan membesarkan anak juga pastinya butuh ilmu dan lewat tarbiyah setidaknya kita bisa jadi ibu yang lebih baik dengan menerapkan apa yang kita dapatkan di lingkaran tsb.

    BalasHapus
  44. Aku setuju semua apa yg mbak sampaikan. Ibu pun harus belajar karna ibu lah guru pertama yang mengajarkan anak-anaknya.

    BalasHapus
  45. Bagaimana seorang ibu bisa menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya kalau dia sendiri dilarang untuk belajar? Meskipun saat ini ada media sosial, menimba ilmu agama tidak bisa optimal melalui YouTube, misalnya. Kita butuh komunikasi dua arah. Bertanya langsung kepada Ustadz atau Ustadzah.

    Selain itu, berada di lingkungan teman-teman yang shalih shalihah juga bukannya akan membentuk seorang ibu menjadi lebih shalihah lagi?

    BalasHapus
  46. Sedih ya istrinya yang ingin ikut kajian tapi dilarang. Alhamdulillah suamiku gak pernah melarang, ikut kajian kemana aja gpp asal jelas dan udah ijin juga. Malah seneng deh suami kalo lihat aku ikut kajian, biar memperkuat iman, nambah saudara, saling silaturahim juga

    BalasHapus
  47. Suamiku juga ga suka aq keluar rumah.. kecuaaalliiii untuk dakwah, ikut kajian atau ngisi kajiann.. Alhamdulillah kalo soal keluar rumah di antara kami udah clear :)

    BalasHapus
  48. Sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita soleha.

    BalasHapus
  49. Aku kurang paham kalau mengenai inti pembahasannya ya, tapi suka heran juga dengan suami yang seperti itu karena tetangga kontrakanku ada yang suaminya begitu. Kalau suamiku mah bebas, boleh ke mana saja, asal perginya diantar dia (kecuali untuk kerjaan ya apa mau dikata kalau dia tak bisa nganter)

    BalasHapus
  50. Alhamdulillah suami sejak awal nikah mendukung saya buat aktif di luar rumah spt ikut kajian dan ngeblog yang penting bermanfaat secara positif dan minta izin dulu sebelumnya

    BalasHapus
  51. Pasti dilemma ya kalau dihadapkan pada situasi seperti itu mungkin bisa ikut kajian lewat WAG kalau memang benar-benar tidak diijinkan, dicarikan solusi supaya bisa tetap belajar dan menuju kebaikan amin

    BalasHapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️