Manfaat Membina UPA
Dulunya kalo ditanya dan boleh memilih, Emak sukanya hanya duduk di kajian, mendengar materi yang disampaikan, mengisi gelas dan terus saja dibina sampai kapan pun. Belum.terlintas dalam benak bahwa suatu saat harus membina sebuah UPA atau Unit Pembinaan Anggota.
Ya, memang di Partai PKS, UPA adalah bagian dari kaderisasi anggota. Bahkan - untuk Emak pribadi, lebih dulu mencari UPA nya dibanding masuk partainya. Partai boleh berganti nama, tapi dakwah di dalamnya harus tetap jalan. Begitulah kira-kira.
Sebelum membina pun, setiap pembina melalui sebuah sekolah pembinaan agar mumpuni dan terlatih untuk berdakwah. Tapi ketika ditanya kesediaan untuk membina rasanya saat itu berat terasa. Bukan karena tidak ingin kerja dakwah. Tapi ada beberapa hal yang menjadi pikiran.
Pertama, merasa bahwa diri ini sungguh jauh dari teladan. Merasa belum pantas untuk menyampaikan sebuah ilmu karena merasa fakir ilmu. Lalu alasan-alasan lain seperti takut sekali tidak mendapatkan izin dari suami.
Jujur saja, suami Emak adalah tipe suami yang suka istri di rumah saja. Suami akan menghitung intensitas Emak keluar rumah, berapa lama, ke mana saja. Hal-hal begini membuat Emak merasa kalo bisa menghindar dari membina lebih baik menghindar.
Tapi kemudian seorang kakak meyakinkan bahwa Emak mampu. Emak bisa dan segala hal-hal yang menjadi pemberat Emak enggan membina akan hilang dan bergantian menjadi kemudahan-kemudahan yang Allah berikan.
Secara pribadi, Emak mau berbagi mengenai pentingnya membina sebuah UPA dari pengalaman Emak sendiri.
Manfaat Membina UPA
Untuk melakukan sesuatu memang salah satu pertambangan yang dipikirkan manusia adalah nilai manfaat. Bila dirasa tidak ada manfaat ya biasanya manusia urung melakukan sesuatu. Walaupun sebenarnya ada saja jenis manusia yang suka hal sia-sia.
1. Membina Diri
Dengan mulai membina UPA yakni sebuah kelompok yang sebelumnya belum pernah kita kenali ada dorongan dalam diri untuk membina diri kita sendiri. Secara tidak langsung memang kita pun mentarbiyah diri kita.
Mulai dari pertimbangan untuk berbuat di luar koridor. Mulai menjaga segala sesuatu dalam diri untuk berjalan sesuai track. Mulai dari perkataan, perbuatan sampai peningkatan ibadah diri.
Sebelum membina dan bertemu setiap pekannya dengan binaan Emak, pastilah mempersiapkan diri juga mengenai materi apa yang akan kita sampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, memberi contoh sebelum menyampaikan.
Misalnya, alangkah kontradiksi sekali bila Emak ngomong "yuk kita bangun beribadah di sepertiga malam.." kepada para binaan sementara Emak tidak pernah melakukan.
Ada rasa malu untuk melakukan hal tersebut. Meskipun manusia lain mungkin tak akan ada yang satu mengenai ibadah Emak di rumah.
Emak teringat tentang sebuah kisah teladan dari Imam Hasan Al Basri yang didatangi oleh sekelompok budak agar menyampaikan khutbah Jumat tentang keutamaan membebaskan budak. Minimal tentang keutamaan berbuat baik pada budak. Imam Hasan Al Basri malah meminta doa kepada para budak agar ia mampu untuk membawa materi khutbah tentang ini.
Pekan pertama dari permintaan tersebut tidak terlaksana, pekan kedua tidak, hingga akhirnya pekan ketiga tersampaikan dengan baik. Ketika Shalat Jumat usai, ditanyalah ia oleh para budak, kenapa baru sekarang?
Jawaban Imam Hasan Al Basri membuat Emak tergugah. "Aku selama ini menabung agar dapat membebaskan budak. Baru kemarin uangku cukup untuk membebaskan seorang budak"
Betapa Beliau tidak ingin menyampaikan sesuatu yang belum pernah Beliau lakukan. Keteladanan seperti ini bukanlah sesuatu yang dapat tercapai apabila tidak ada niatan memperbaiki diri sebelum membina.
2. Memberi Makan Diri
Bukan makan secara harfiah. Karena tidak ada mencari keuntungan dalam dakwah. Memberi makan diri maksudnya menyadarkan diri bahwa masih banyak ilmu yang belum Emak miliki.
Ketika selesai menyampaikan materi, para binaan Alhamdulillah biasanya antusias untuk bertanya. Dari pertanyaan yang mereka sampaikan terkadang ada pertanyaan yang kita belum pernah mendengar sama sekali.
Misalnya, Emak menyampaikan materi tentang Shalat. Nanti saat mereka bertanya tiba-tiba ada pertanyaan tentang shalat Hadiyah. Shalat Hadiyah? Jujur selama hampir 40 tahun hidup belum pernah Emak tau tentang shalat Hadiyah.
Shalat Hadiyah ternyata adalah shalat yang dilakukan oleh orang yang masih hidup sebagai hadiah "pahala" untuk orang yang sudah meninggal.
Nah loh selain tidak ada contohnya dari Rasulullah, bagaimana cara kita menyampaikan secara santun dan baik kepada binaan karena ternyata hal tersebut pernah disampaikan ustadz saat mereka mengaji.
Tata cara menyampaikan juga penting selain isi materi. Materi yang bagus sekalipun bila cara kita menyampaikan tidak baik sudah pasti ditolak oleh orang lain.
3. Manajemen Waktu Diri
Mungkin dari sini belajar untuk mengatur waktu, bagaimana waktu untuk dihabiskan untuk keluarga, bagaimana waktu untuk membina dan bagaimana waktu untuk diri sendiri.
Emak sempat terkejut bahwa di Gorontalo ada seorang Pembina yang membina 28 kelompok UPA dalam sepekan. Ya Allah keren banget. Ada hari tersibuk di mana beliau pegang 7 sampai 8 kelompok dalam satu hari.
MasyaAllah, bila tersingkat dalam sekali pertemuan dihabiskan 2 jam. Maka 16 jam yang ia miliki adalah berdakwah. Sisa 8 jam untuk diri dan keluarga.
Benar-benar dibutuhkan sebuah tekad yang kuat dan hanya mengharap Ridho Allah lah apa yang dilakukan oleh Bapak tersebut hingga kuat menjalani rutinitas dakwah secara sukarela.
Penutup
Meski yang terlihat di pandangan mata dalam aktivitas membina adalah proses menyampaikan atau memberi materi kepada orang lain namun ketika dijalani ternyata yang kita beri makan, kita didik dan kita bentuk pertama sekali adalah diri kita sendiri.

Posting Komentar untuk "Manfaat Membina UPA"
Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️