Pengalaman Cabut Gigi di Puskesmas
Cabut gigi, bagi sebagian orang memang menakutkan. Apalagi ketika dengan detail memperhatikan peralatan yang dimiliki oleh dokter gigi. Ada yang mirip bor (memang bor gigi sih namanya, haha), ada yang mirip obeng, tang, gunting dan lainnya.
Sebenarnya Emak sering dibawa oleh almarhum Bapak saat kecil ke dokter gigi. Saat gigi tidak bermasalah (sekedar cek saja) atau saat gigi mulai bermasalah (misalnya mulai berlubang).
Tapi semua kunjungan itu dilakukan saat gigi tidak sakit. Yes Emak belum pernah sakit gigi saat kecil. Merasakan nyeri gigi saat kuliah saja karena gigi geraham mau tumbuh. 🤭
Setelah menikah dan melahirkan anak pertama, (mungkin kurangnya kalsium mengakibatkan gigi mudah patah). Saat itu geraham Emak sebelah kanan rompal (dindingnya patah sebagian) yang mengakibatkan tambalan gigi terlepas.
Saat itu Emak ke dokter gigi langganan sejak kecil yang dikenalkan Bapak. Dokter menawarkan untuk mencabut saja gigi Emak mengingat Emak pasti di masa mendatang akan hamil dan melahirkan lagi.
Kenapa? Dokter khawatir bila kendala terjadi saat hamil bisa membuat stres Emak dan bayi dalam kandungan. Begitu katanya. Saat itu masih berumur 24 tahun. Rasanya kok sedih kehilangan satu gigi geraham meskipun tidak terlihat saat tersenyum.
Karena memang gigi sedang tidak bermasalah, maka saat mencabut gigi pun dilakukan saat itu juga. Gak sakit sama sekali kecuali saat menyuntikkan bius ke sekitar gusi.
Nah, saat covid tiba Emak berkunjung ke seorang teman yang merupakan dokter gigi. Scaling, tambal dilakukan oleh teman.
Sambil menambal saat itu sambil ngomong, ini gigi yang ompong buat gigi palsu yuk. Haha ngajaknya memang santai banget. Tapi karena cuma 1 gigi Emak pikir gak harus lah buat gigi palsu.
Ternyata, gigi ompong itu bisa menyebabkan beberapa hal (apalagi yang ompong letaknya di bawah). Gigi yang berada di atasnya akan "turun '. Kemudian gigi di sampingnya bisa bergeser.
Itu mungkin sekitar tahun 2020. Nah, di 2021 saat Emak usia 34 Emak ke Puskesmas karena gigi Emak yang ada tambalannya ternyata rompal lagi. Duuuh pengaruh banget jadi Emak-emak karena proses hamil dan menyusui tentu membuat kalsium tubuh tidak tercukupi.
Dari puskesmas (faskes 1) dirujuk ke poli gigi di RS. Disarankan untuk tambal ulang dan perawatan saluran akar agar tidak timbul masalah.
Sampai di RS dokter malah menyarankan cabut saja. Katanya rompal gigi yang merupakan dinding gigi, kalo tidak ada akan membuat tambalan gigi tidak kuat.
Mau gak mau Emak cabut gigi kedua. Lokasinya pas sebelah gigi yang ompong. Hiks. Sebelum pencabutan gigi, selama sepekan Emak minum antibiotik dan pereda nyeri yang diresepkan oleh dokter.
Tiba waktu pencabutan, tidak sakit. Emak disuruh minum obat pereda nyeri sesaat menerima resep dari apotik RS. Clear lah masalah gigi.
Jadi mulai terpikir untuk punya gigi palsu 🤣 tapi mengingat betapa susahnya membiasakan diri dengan gigi palsu akhirnya skip lagi.
Akhir tahun lalu, saat menghadiri pernikahan adik ipar, tambalan gigi Emak lepas. Penyebabnya ya karena makan dodol 😂.
Kayaknya terlalu semangat mengunyah dodol yang lengket akibatnya tambalan gigi bisa terangkat.
Sebenarnya faktor tambalan juga sudah lama kok. Lebih dari 4 tahun dan itu juga ditambal tanpa adanya dinding gigi sebagian. Ya rompal juga gerahamnya.
Awal tahun dirujuk untuk tambal ulang di RS. Dokternya gak enak. Mungkin karena kurang komunikatif jadinya Emak merasa kurang sreg.
Nah, masalah timbul 3 bulan kemudian. Saat bulan puasa Emak merasakan nyeri gigi. Pertama sekali di umur 38 tau sakit gigi. Ampun dah rasanya.
Dokter di puskesmas menganjurkan untuk mempertahankan dulu tambalan gigi sembari memberi obat.
Alhamdulillah sembuh. Selang hampir 3 bulan kemudian sakit kembali. Emak kapok banget sampe gak bisa tidur.
Akibatnya Emak ke puskesmas untuk minta dicabut saja. Dokter yang biasa menangani Emak sedang pergi haji. Jadinya bertemu dengan dokter lain.
Dokter menyarankan untuk mengulang tambalan sekaligus perawatan saluran akar. Namun Emak langsung menyerah dan minta dicabut saja. Bukan tanpa alasan sih. Karena pake BPJS prosedur PSA atau perawatan saluran akar nantinya akan bertele-tele tergantung peraturan RS yang menjadi rujukan. Sudahlah, Emak nyerah saja. Dokter pun meresepkan obat untuk bertemu pekan depannya lalu gigi dicabut.
Akhirnya waktu pencabutan gigi pun tiba. Emak agak dag dig dug. Sakit gak ya. Soalnya ya puskesmas pasti akan berbeda dengan dokter gigi saat pertama Emak cabut gigi atau dengan dokter gigi RS yang Alhamdulillah saat cabut gigi kedua orangnya ramah.
Alhamdulillah kekhawatiran Emak tidak terbukti. Dokter giginya cekatan. Gak sampe 10 menit mulai dari menyiapkan alat pencabutan gigi juga pembiusan.
Cabut giginya sendiri mungkin kurang dari 2 menit. Oh ya prosedur di puskesmas sebelum cabut gigi ya periksa kadar gula darah.
Sebelum ke ruang dokter pun ada periksa tekanan darah. Karena aman makanya lanjut. Mungkin kalo tekanan darah tinggi, bisa ditunda dulu sampe normal kembali.
Yang mungkin luput adalah tisu. Hooh. Di puskesmas yang menjadi faskes pertama, tisu gak ada. Huhuhu. Jadinya agak bingung saat mau melap sekitar mulut setelah kumur.
Overall cabut gigi di puskesmas nyaman kok. Jadi sekarang ngapain? Nyiapin data untuk gigi palsu 🤣
Tips Nyaman Cabut Gigi
1. Siapin mental Mak
Ya untuk sebagian orang memang cabut gigi dirasa menakutkan. Tapi bangunlah keberanian dan kepercayaan bahwa sakit gigi itu lebih menyakitkan dari pada cabut gigi.
2. Taat Resep
Sebelum cabut gigi kan diresepin obat minum minimal sepekan, nah diminum dan habiskan karena biasanya ada antibiotik yang diresepkan. Antibiotik harus dihabiskan agar tidak terjadi kebal alias resistensi antibiotik.
3. Siapkan tisu
Manatau seperti Emak kejadiannya. Tisu atau sapu tangan pasti berguna banget untuk kita setelah cabut gigi.
4. Jangan panik
Setelah dicabut gigi, efek bius gak langsung hilang. Bahkan Emak terasa sampe ke mata yang berdekatan dengan bius. Mata jadi kurang responsif untuk berkedip.
Tenang saja, nanti sejalan dengan waktu akan hilang sendiri efeknya.
5. Minum penghilang nyeri segera setelah setengah jam
Dokter melarang kumur-kumur seharian setelah dicabut. Makan dan minum boleh setelah setengah jam berlalu. Nah setelah setengah jam Emak langsung ambil penghilang nyeri. Kebetulan yang diresepkan adalah Paracetamol. Ya langsung Emak minum saja. Sementara untuk antibiotik Emak menghitung sesuai dosis yang sebelumnya Emak minum.
6. Minum yang dingin
Dilarang banget seharian itu kita mengkonsumsi makanan dan minuman hangat apalagi panas. Langsung deh setelah boleh makan minum Emak sama suami minum es krim untuk meredakan luka akibat cabut gigi. Hehehe enak.
Itu aja Mak cerita dan pengalaman Emak cabut gigi di puskesmas. Gak semenakutkan itu kok. Alhamdulillah bertemu dokter yang capable dan buat nyaman.
Pernah cabut gigi Mak? Gimana pengalamanmu Mak? Kuy cerita yuk di kolom komentar.
Cabut gigi terakhir kali di sebuah puskesmas di wilayah Panongan Tangerang. Dulu sekitar tahun 2000 an sebelum berangkat jadi TKW.
BalasHapusSekarang ini emang sakit gigi lagi ada gigi bolong baru, geraham bawah kanan. Dulu yg dicabut geraham bawa kiri. Eh. malah muncul semacam benjolan di gusi nya samping gigi yg bolong dan sakit ini
Lagi mikir mikir ke puskesmas jangan ya ... BPJS pastinya ikut suami sih
Kalau cabut geraham kiri kanan bolong dong? bagaimana makan nih?
Gigi palsu juga?
bener, mental memang harus bener2 siap, ntah anak2 atau orang dewasa. karena berhadapan dengan lampu2 dokter memang sudah cukup menakutkan
BalasHapusJadi pengen scalling deh kalau bahas gigi. Dulu pernah saya mak ke dokter gigi buat cabut gigi. Katanya gigi satunya lagi harus segera dicabut. Rupanya lama juga kan gigi itu copot. Eh, sekarang ini malah jadi cakil.
BalasHapusMbaaa... Aku juga sudah ga punya gigi beberapa nih, wkwkkw. Udh berasa jompo aku tuh. Dan dulu pas masih muda (cieee) aku bandel, sukanya sama makanan keras kayak makan tulang ayam yang masih ada daging ayamnya. Akhirnya gigi keropos deh.
BalasHapus