Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kita Bukan Penyayang Binatang

Kucing, binatang yang satu ini cukup akrab dengan kehidupan semasa kecil karena Bapak dulu selalu memelihara satu paling tidaknya.
Kucing kami selalu jantan. Karena ibuku juga tidak mau repot dengan urusan hamil dan melahirkan kucing betina.

Kucing kami kucing kampung, tidak ada yang istimewa. Hanya pernah punya satu yang mirip dengan kucing Amerika tapi entah turunan ke berapa. 

Singkat cerita, aku yang punya 3 anak saat itu, belum juga mengizinkan anak-anak punya peliharaan. Bukan apa-apa. Mengurus mereka saja dengan bapaknya sudah cukup merepotkan 😂apalagi disuruh mengurus kucing.

Saat anak nomer 3 berusia setahunan, kami pindah rumah. Kebetulan sebelum pindah bapak dan ibu yang menempati rumah tersebut. 
Ada kucing peliharaan bapak. Masih kecil, turunan kucing luar juga tapi aku tidak begitu peduli asal usul kucing. 
Kucing putih bermata biru itu kami panggil "pupus canopus".
Alzam, anak ketiga dengan pupus canopus (sudah mati)


Karena Alzam dengan pupus canopus besar bersama, jadilah kucing itu selalu jadi bahan kejahilan Alzam. Diapakan saja pun tak pernah marah. Pupus canopus juga jantan. Setelah berumur setahun lebih, baru mulai menghilang dua sampai tiga hari mencari pasangan.

Persis kelakuan anak lajang, pulang cuma ingat makan, lalu pergi kembali.

Rumah kami, sering sekali menjadi rumah bersalin kucing. Padahal kucing-kucing tersebut bukan peliharaan kami. Tercatat sejak 3 tahun lalu, sudah lima kali kucing beranak di garasi. Dua kali adalah pasangan pupus canopus sebelum dia mati. 

Kucing ke empat yang melahirkan di rumah kami


Kucing ke empat yang melahirkan di rumah kami masih keturunannya si pupus canopus. Tak lama kemudian, ia sakit dan mati. 
Satu anaknya yang paling mirip dengannya kami pelihara. Karena dia betina, dan juga odd eye (matanya biru sebelah, satu lagi kuning coklat) maka kami menamainya dengan RUBELLA. 

Tenang, ini bukan virus berbahaya itu, rubella alias biru sebelah. Dan ia pun menjadi kucing yang tumbuh bersama anakku yang ke empat. Dek Zia.



Rubella a.k.a Bella adalah kucing putih odd eye

Persis seperti alzam, dek Zia juga suka sekali main dengan kucing. Jadilah Bella sebagai teman main buat dek Zia. 

Zia dan Bella main bareng, gigit-gigitan dan cakar-cakaran





Dan Zia, ketinggalan jauh. Belum setahun, ternyata Bella sudah hamil. Badannya yang kecil ternyata membuat Bella melahirkan tiba-tiba.
Belum matang usia kehamilan, akhirnya anaknya terlahir tiba-tiba tanpa kami ketahui. 
Gak tega ngasih gambarnya. Anaknya ada empat. Dua mati dan dua lagi hidup masih lengkap dengan tali pusar dan plasenta.

Bella yang masih nubie, masih trauma kebingungan dengan apa yang ia hadapi. Mirip ibu-ibu post partum syndrom. Bella menghindar dari anaknya. 

Betapa pun kami paksa untuk dekat dia tetap tak mau. Akhirnya kami beri waktu sehari untuk Bella menyendiri. 

Kami pun tak tega memotong tali pusar si baby. Tali pusar tetap pada tempatnya. Mencari beberapa info untuk menangani kucing yang baru lahir. 

Ada teman menyarankan untuk membawa ke rumah sakit kucing di Medan. Ini milik pemerintah. Gratis. Terletak di jalan Gatot Subroto, di kantor dinas peternakan di depan Kodam. Sederet dengan mall Manhattan. 

Masuk saja terus ke dalam hingga ketemu gedung berwarna kuning. Kami membawa baby kucing tersebut saat hari kedua umurnya.

Kenapa hari kedua? 
Karena kami merasa gagal saat membangun bonding antara Bella dan baby nya. Sebelum ke sana pun, kami langsung membuat announcement untuk mencari adopter yang mau mengadopsi kucing 2 hari tersebut. 

Sayangnya, ada seseorang yang katanya bisa diminta tolong untuk memberi masukan atau ide tentang kucing ini, tetapi menjawab dengan pertanyaan retorik yang intinya dia sudah punya banyak kucing. 

Kita memang bukan penyayang binatang seperti orang lihat. Maaf, saya penganut jual beli kucing itu haram. Jadi saya sedikit kecewa kalo yang sekedar mau mengadopsi karena kucing itu adalah kucing ras. Seakan-akan kucing kampung tidak layak ditolong. 

Kenapa saya gak mau rawat sendiri. 
Karena u know Eike punya 4 anak dan kami gak punya ART yang membantu pekerjaan rumah. Sangat sulit bagi saya jika harus merawat dua bayi kucing seperti ibunya.

Kedua, kami sedang dalam posisi keuangan yang tidak stabil. Ada perasaan "Mak jang, kucing dibeliin susu, anak kami aja tak minum susu.."
Manusiawi.


Merasa tidak telaten itulah makanya saya mencari adopter. 

Jadi, ikhtiar kami hanya membawa ke rumah sakit hewan sajalah. Dengan jarak yang cukup jauh kami tempuh dari bandar setia ke Gatot Subroto. Syukur Alhamdulillah pak suami mau mengantar. 


Dengan obrolan singkat yang akhirnya membuat kami yakin untuk memberi minum susu bayi pada si bayi kucing, akhirnya kami bawa pulang lah kucing itu. 

Persis bayi, sedikit saja diberi minum lalu ia akan pulas tidur. 
Add caption

Aku memberi susu bayi dengan pipet kecil.




Akhirnya saat pulang ke rumah kami segera merawat bayi kucing seperti contoh. Terkadang, ikhtiar membawa kucing itu yang membuat kami yakin si baby akan selamat, tapi kami terus berusaha membangun bonding Bella dengan bayinya. 


Hari ketiga, adopter ditemukan. Seorang teman yang bersedia merawat kedua bayi kucing ini. Saya salut karena teman saya bukanlah seorang yang berlebih keuangan. Namun ia mau bertanggungjawab menjaga kedua bayi tersebut.

Kami sudah mulai bersiap mau membawa bayi, namun tiba-tiba Bella seakan tau bayinya akan dibawa jauh. Akhirnya ia mendekati bayinya dan mulai membangun bonding secara mandiri. 

Awalnya kami ragu dan takut ia akan memakan bayinya. Karena cara menggendong Bella tak seperti induk kucing lainnya. 

Biarlah..mungkin ia masih belum total sembuh. Akhirnya Bella mau menerima anaknya. 
Terpaksa aku meminta maaf kepada temanku. Namun ini sungguh di luar dugaan .Ternyata hasil usaha membangun bonding dengan Bella berhasil menyadarkannya.








Bella akhirnya mau mendekati anaknya, berproses hingga mau menyusui



Berikut ini tips agar ibu kucing mau menyusui anaknya:
1. Tetap elus dan manja kucing meskipun dia tak mengenali anaknya.
2. Tetap sodorkan anaknya, bantu inisiasi menyusui meskipun ia menolak.
3. Beri waktu pada induk kucing yang trauma. 
4. Saat anaknya menyusu (inisiasi) berikan kata2 mensupport seakan mendukung ibu kucing.
5. Elus ibu kucing saat inisiasi, karena ia tampak sangat gelisah.
6. Ulangi terus hingga ia yang akan mencari anaknya.


Semoga berhasil. 
Dan saran saya, jadilah penyayang bukan karena ada sesuatu pada kucing tersebut. Tapi murni karena nyawa yang masih melekat pada si kucing. 

Semoga Allah memudahkan langkah kita semua .😊😊





blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

18 komentar untuk "Kita Bukan Penyayang Binatang"

  1. Alhamdulilah ketemu rumah sakit hewannya yg udah cat putih kalo ga salah skarang 😁. Smoga bella dan yag merawat sehat selalu dan di murahkan rezeki 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..

      Makasih kak.
      Tapi mau nulis kabar terbaru..

      Anaknya Bella yang prematur akhirnya harus mati dalam dekapan emaknya.. hiksss
      Sekarang Bella kayak kucing stress. Nyariin anaknya. Karena dia gak tau anaknya mati. Masih aja dimandiin, dibersihin
      Dikiranya anaknya masih tidur nyenyak.

      Liat binatang sayang sama anak, kok jadi trenyuh liat manusia yang buang2 anak ya kak ..

      Hapus
  2. Bukan penyayang aja segitunya ya Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agak kesel kak pas yang terkenal sebagai penyayang binatang ditanya
      "Mba bisakah membantu merawat atau kenal dengan orang yang mau merawat bayi kucing"

      Ini cuma nanya loh.. bukan maksa..

      Dese malah jawab "apa mungkin saya yang adopt lagi karena saya punya 38 kucing?"


      Lahhh meneketehe dia punya sebanyak gitu ..

      Lebih menenangkan kalo dijawab "kucing saya sudah banyak Mak.. yang lain saja. .."

      Itu lebih halus..

      Hapus
  3. Aq jadi sedih membayangkan kebingungan si bella saat ini.

    Ibu kost harus lebih tegas lagi kedepannya sama Bella, semoga Bella ketemu pasangan yang bisa mendampingi nya bersama buah hati kelak

    *Komen macem apalaaa ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...


      Diliat dari gonjang ganjing yang dialami Bella, sepertinya dia udah mengambil ibroh dari kejadian ini..

      Wkwkwkwk

      Hapus
  4. Ahhaa iyaa waktu itu keknya belum tulus melihara blekot(nama kucingku)secara awq dirumah ntah jam brp pulang,, skrg blekot dah besar dan mandiri(boker ga drumah lg) hehe

    BalasHapus
  5. rubella.. xixixi.. kayak nama penyakit aja. tapi moga kucingnya sehat2 ya kak.

    BalasHapus
  6. Termasuk penyayang kucing juga, kak.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks..
      bella kami sudah mulai menggatal lagi astri....

      Hapus
  7. awak juga bukan pecinta kucing, juga bukan pembenci. biasa aja gitu...
    tapi emak awak takut kali ma kucing ni,,,,, jadi ya ga bisa juga ada kucing di rumah

    BalasHapus
  8. i know sapa yg punya 38 ekor tu..yg ane kasi nomornya ya kak? hahaha mungkin dia lg pening juga kaka banyaj kebutuhan.. maafkeun ya hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dek zik... bella kami Udah menggatal lagi.
      piye iki.
      kecil2 kok genit

      Hapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️