Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fiqih Berhias

 

Fiqih Berhias

"Iiih kalo keluar rumah kamu cantik-cantik (dandan)..." 


Itu sepenggal kalimat suami yang komplain pas Emak keluar rumah. Btw itu becandaan dia saja. Dandan apaan? Wajah cuma dibalur pelembab dan juga sunscreen. Itu juga Emak mau pergi ngaji. Masak iya pergi ngaji dandan?

Sebenarnya Emak cukup senang sekarang mengaji sudah Jadi fenomena yang hits di kaum muslimah. Sudah melebar juga gak cuma duduk melingkar tapi udah sampe jadi agenda keren kayak digelar di ballroom hotel seperti banyak ustadz muda yang jadi panutan gen Z. 

Namanya juga hidup,  dalam Islam gak bisa lepas dari fiqih. Apalagi udah menyangkut perempuan keluar rumah. Udah ada aja itu ketentuan yang mengatur. 

Btw ini Emak mengambil materi dari diskusi yang kemarin Emak ikuti Ahad lalu dengan judul Fiqig berhias dengan narasumber Ustadzah Dra. Herlini Amran, MA yang merupakan salah seorang konselor wanita dan keluarga dan narasumber di tanyasyariah.com. 

Gak dipungkiri memang, vibes muslimah jilbab lebar tahun 90an beda dengan sekarang. Kalo dulu Emak melihat muslimah jauh dari poles memoles wajah. Sementara sekarang sudah lebih berwarna. 

Bagi Emak memang setiap kondisi kita keluar rumah dengan apa yang kita pakai tergantung pemahaman.  Pemahaman setiap orang tidak bisa dipaksakan. Namun Emak mencoba mengambil pelajaran untuk diri dan keluarga. Bila melihat kekurangan pada orang lain sebisa mungkin berdoa untuk hidayah dan pemahaman. Tidak memaksa. Berdakwah dengan paksaan tidak akan menimbulkan kenyamanan. 

Beberapa materi yang penting Emak catat dari Ustadzah Herlini adalah rambu-rambu untuk perempuan sebelum berhias. Tak bisa dipungkiri memang perempuan kodratnya suka berhias. Suka cantik. Aduh siapa yang gak suka kelihatan cantik ya. Bahkan Allah SWT suka dengan keindahan. 

Balik lagi, segala sesuatu harus disesuaikan dengan niat. Niat itu di awal, di tengah hingga di akhir. Pastikan niat kita lurus dalam mengerjakan apapun. Bahkan untuk pekerjaan rumah sekaligus bila kita pasangkan niat dan basmallah sebelum memulai, insyaAllah sudah ada ganjaran baik dari Allah.

Berhias ketika di dalam rumah diniatkan untuk suami atau menyenangkan suami adalah salah satu niat baik. Tapi jangan lupa, ketika keluar dari rumah (termasuk upload photo, uhukss) ada rambu yang mengikat sebagai muslimah.

Rambu-rambu yang wajib diperhatikan dalam berhias:

1. Bersyukur atas setiap Qodho/takdir.

Kenapa sih aku pesek? Padahal sekeluarga mancung semua. (Contoh). Akibatnya melakukan jalan pintas seperti operasi hidung, dll. Tujuannya hanya untuk terlihat cantik padahal merubah ciptaan Allah.

Nah balik lagi ke niat. Kalo memang diperlukan operasi karena penyakit di hidung mah boleh. Atau kecelakaan,  hidungnya gak beraturan. Diperbaiki untuk mendekati bentuk asli mah boleh.

2. Bersabar dan ikhlas atas ketentuan Allah

Rambut keriting, kulit hitam, mata sipit, dll terkadang tidak disyukuri karena adanya standar kecantikan buatan manusia. 

Padahal semua perempuan itu cantik. Tinggal memunculkan kecantikan dalam diri. InsyaAllah terlihat cantik lah dari luar. 

3. Meningkatkan ketakwaan dan menumbuhkan inner beauty.

Nah kan.. Kalo dalamnya cantik siapa saja menjadi nyaman berada di dekatnya. Auranya positif. Bahkan postive vibes nya itu menular. Pasti punya kan temen yang kalo melihat dia kita jadi semangat dalam menghadapi hidup atau semangat dalam beribadah, misalnya. 

4. Selalu ingat perintah Allah dan larangan Allah dalam berhias dan menjauhi tabaruj.

Larangan tabaruj ini dalam surat Al Ahzab ayat 33 menjadi rujukan kita Mak. Memang ada beberapa pendapat mengenai tabaruj. Namun semuanya hampir sama yakni menampakkan kecantikan untuk selain mahram /suami.

 

Bentuk tabaruj yang dilarang

1. Berpakaian tapi telanjang. 

Sudah tau ya Mak,  fashion baju yang menutupi badan tapi tipis dan nampak lah bentuk badannya tersebut. 

2. Memakai parfum keluar rumah

Niatnya adalah aroma parfumnya bisa tercium oleh lelaki lain. Ini haram ya Mak.  Pilihlah parfum yang hanya terasa ketika berdekatan. Misalnya saat cipika cipiki dengan sesama muslimah anggota pengajian. 

Kenapa? Pakai parfum boleh. Apalagi ketika teman kita suka dekat kita karena wangi. Bahkan ketika kita terasa bau asem sudah mendzalimi hidung teman kita. 

Kalo Rasulullah memberi kisi-kisi, perempuan itu memakai parfum yang warnanya terang tapi aromanya lembut (tidak jauh terasa). Sementara parfum lelaki warnanya lembut tapi tercium kuat. 

3. Ber-make up ketika keluar rumah

Dandan boleh. Make up gak dilarang. Tapi minimalis lah ketika keluar. Agar lelaki lain tidak selalu memandangi wajah kita.

Balik lagi ke pemahaman dan iman. Jangan paksakan pemahaman kepada orang lain. 

4. Dilarang tatoo, mencabut alis, menjarangkan atau mengikir gigi.  

Aturan ini berdasarkan hadist riwayat Bukhari. 

Allah melaknat orang yang membuat tato dan orang yang meminta dibuatkan tato, orang yang meminta dicabutkan bulu alisnya, orang yang menghias giginya untuk mempercantik dirinya, dan orang yang mengubah ciptaan Allah.


5. Orang yang menyambung rambut 

Masih sama dari hadist riwayat Bukhari dan senada dengan hadist di atas.

6. Mengubah ciptaan Allah

Lebih seperti operasi plastik untuk niat estetika. Tapi operasi yang dilakukan dalam rangka pengobatan maupun perbaikan boleh. Misalnya operasi bibir sumbing.

Beberapa peraturan kecantikan dalam Islam

1. Menjaga Kebersihan.

2. Tidak Boleh Mengubah ciptaan Allah swt

3. Tidak boleh menyerupai laki-laki.

4. Tidak menyerupai orang kafir.

5. Tidak berbahaya bagi tubuh. 

6. Tidak mengandung zat yang Haram.

7. Tidak menghalangi air untuk bersuci ke kulit atau rambut.

8. Tidak mengandung pemborosan atau membuang-buang uang.

9. Tidak membuang-buang waktu sehingga kewajiban lain terlalaikan.

10. Tidak membuat wanita sombong, takabur, membanggakan diri dan tinggi hati di hadapan orang lain.

Penutup 

Sebagai seorang muslimah adalah sebuah fitrah untuk terlihat cantik dan indah.  Apalagi perempuan memang lah makhluk yang indah. Namun terlihat indah misalnya berhias ketika berada di luar rumah merupakan sesuatu yang diatur oleh syariat untuk menjaga perempuan itu sendiri.  




blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

6 komentar untuk "Fiqih Berhias"

  1. Sama lah kita cha. Berdandan itu, baik di rumah atau pun pas keluar rumah, cuma pake day cream aja. Moist plus sunscreen. Kalo ga lupa tambah lipstick samar samar. Gak ribet.
    Lagipula, awak kalo dandan komplit, jatoh jatohnya bukan jadi tambah cantek, tapi jadi kayak bencong 😩😩

    BalasHapus
  2. Terima kasih pengingatnya akan fiqih berhias, Kak
    Maaf, pas banget kemarin aku kan menghadiri acara, rapat dengan pimpinan instansi. Bisa dibilang formal casual sifatnya. Nah, ada seseibu dengan gamis dan hijab lebar, wajahnya beneran polosan. Seperti tidak pakai bedak sama sekali, tidak lipstikan (kalau ini gapapa mungkin ya), terlihat kusam dan pucat serta kurang terawat kulit mukanya. Padahal Beliau dokter umum (praktik santai katanya - karena suaminya juga dokter)., tas mahal dan nyetir Pajero...Haduh kok ga perhatian ke wajah ya...mungkin bisa dirawat atau pakai bedak kan boleh bukan apalagi ke pertemuan yang bakal ketemu 'orang penting' begini...

    BalasHapus
  3. Mbak, makasih remindernya ya. Aku masih harus belajar banyak. Memang fitrahnya perempuan pingin terlihat cantik ya. Tapi dalam islam ada batasannya, kapan, bagaimana dan di mana waktunya berhias, dan aturan fiqih ini pastinya untuk menjaga perempuan juga, baik dari fitnah maupun bahaya lainnya.

    BalasHapus
  4. Mantul banget ini
    Jadi nasihat sepanjang masa buat para perempuan. Yang udah tahu, bukan hanya dipraktikkan tapi juga kita sampaikan lagi hal ini kepada anak kita, saudara kita khususnya yang perempuan ya. Khawatir banget sama gaya anak perempuan jama sekarang. Walau tidak semuanya

    BalasHapus
  5. Saya pernah mendapatkan ucapan kurang mengenakkan dari sesama ibu-inu yang rajin kajian di mesjid di kota kami. Fiqihnya ga salah, tapi kadang cara menyampaikannya ke teman itu kurang nyaman didengar. Ada yang notabene kalau ke luar rumah itu pakai bedak dan lipstik (sebut mbak Mawar), lalu duduk di samping ibu tersebut (yang rajin kajian) sebut aja mbak Melati.

    Mbak Mawar nanya basa basi, "Eh, mau kemana kaya gugup mau pergi?"
    Mbak Melati: "Ini mau kajian. Biasanya tiap hari rabu dan jum'at di mesjid X"
    Mbak Mawar: "Wah, rajin sekali. Keren ya. Btw, biasanya bahas apa mbak?"
    Mbak Melati: "Salah satunya tentang larangan pake make-up" dengan nada serius dan menyindir. Klihatan dari gestur dan mimik mukanya.
    Habis itu suasana langsung canggung.

    Salah satu hal yang kadang kurang menyenangkan buat saya adalah mereka yang ikut kajian, lalu merasa paling sudah Islam kaffah. Padahal, gak ada yang tahu mengenai derajat seseorang di hadapan Allah.

    Sepenilaian saya, sebagai orang yang bergaul dengan mbak Mawar mapun Mbak Melati, keduanya itu ada sisi baik dan buruknya. Mbak Melati rajin mengaji, pakaiannya tertutup dan longgar (syar'i) dan orangnya asik, mudah akrab, tapi ceplas ceplos, kadang men-judge dengan mudah dan senang gibah.
    Sedangkan mbak Mawar, masih memakai pakaian agak ketat meskipun pakai kerudung, serta senang memakai make up. Tapi orangnya senang menolong, hati-hati saat bicara, dan empati kepada orang lain.

    Itu baru penilaian saya. Ada sisi pahala dan dosa yang tampak oleh mata dan hati. Bagaimana di sisi Allah, tentu jauh lebih detail.

    Intinya adalah fiqih berhias itu harus kita pelajari, tapi mungkin di tengah pergaulan dengan orang lain penting untuk lebih bijak menyampaikan informasi agama yang sudah kita dapatkan di majelis ilmu. Bukan ke Emak penulis ya, ini ke pembaca secara umum, sekalian menyampaikan keresahan saya. Hiks

    BalasHapus
  6. Berpakaian tapi telanjang ini banyak lho di sekitarku.
    Menonjolkan apa yang bisa ditonjolkan.
    Ck ck ck...
    Malu aku liatnya.
    Mau negur sungkan, ga kenal juga.
    Nanti dikira ngajak berantem 😩

    BalasHapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️