Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Romantis Peradaban 6

Kisah Romantis Peradaban 6


 Masih bareng Emak dan Kisah Romantis Peradaban yang direview dari Kajian Ksiah Romantis Peradaban bersama Ustadz Salim A Fillah. Di Kisah Romantis Peradaban 6 ini ada beberapa kisah yang akan Emak Review masih tentang sahabat Rasulullah. 

Kuy langsung aja kita bahas yuk..

1. Kisah Romantis 20: Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib

Suatu hari, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Rasulullah bersepakat menjumpai Ali bin Abi Thalib untuk mengurangi bebannya dengan mengasuh salah satu anak Abi Thalib. 

Hamzah mengasuh Ja'far bin Abi Thalib sementara Rasulullah mengasuh Ali bin Abi Thalib. 

Saat masa awal kenabian, Ali sering sekali melihat Rasulullah dan Khadijah shalat (sebagaimana shalat umat Ibrahim, belum shalat 5 waktu perintah saat Isra Mi'raj).

Ia pun bertanya apa yang Rasulullah lakukan. Rasulullah pun mengenalkannya pada Islam sekaligus menawarkan Ali apakah ia mau memeluk Islam. (Saat itu usianya sekitar 8 tahun).

Ali pun menjawab, sebentar aku tanya Abi Thalib (ayahku) dulu. Ia pun keluar rumah untuk menjumpai ayahnya namun belum lama ia keluar dari rumah Rasulullah ia pun kembali lagi. 

"Bagaimana mungkin aku bertanya pada ayahku mengenai dunia dan akhiratku. Aku mau memeluk Islam (menurutnya Din adalah tanggung jawab personalnya kepada Allah)."

Setelah kepergian Khadijah, Fatimah adalah anak yang sering sekali merawat Rasulullah. Ia selalu membela ayahnya meski masih kecil. Karena lebih sering menjaga ayahnya ia disebut sebagai Ummi Abiha. 

Karena watak keibuan dan pemberaninya, Ali menaruh hati pada sepupunya tersebut. Namun ia hanya menyimpannya dalam hati.

Saat mereka semua telah hijrah ke Madinah, Ali saat sedang bekerja menimba air di Sumur Yahudi mendapat kabar bahwa Abu Bakar meminang Fatimah. 

Galau hatinya namun ia berharap yang terbaik untuk Fatimah. Ia sadar, dibanding dengan Abu Bakar pastilah lamaran Abu Bakar diterima.

Sungguh mengejutkan. Ternyata Abu Bakar ditolak karena Rasulullah kan sudah menikah dengan Aisyah. Rasulullah khawatir nanti di masa depan orang-orang akan membuat makar dengan perjanjian pernikahan semacam itu. (Dulu di zaman jahiliah sering terjadi).

Tak lama berselang, datanglah Umar melamar Fatimah. Kembali lah galau Ali bin Abi Thalib. Umar yang dikenal sebagai lambang keberanian tak mungkin ditolak. Dibanding dengan dirinya saat hijrah sembunyi-sembunyi. Umar hijrah ke Madinah dengan menantang kafir Quraisy siapa yang berani menghalanginya (kalo mau mati sia-sia).

Tak disangka Umar pun ditolak. Rasulullah merasa karakter Umar tidak cocok dengan kelembutan Fatimah. 

Saat itu, teman-teman Ali terus mendorong dirinya untuk melamar Fatimah. Ia takut karena tak punya apapun untuk melamar putri Rasulullah. Sementara saat itu menantu Rasulullah yang paling ideal adalah Utsman yang kaya raya. 

Namun teman-temannya terus mendorongnya sehingga ia pun menjumpai Rasulullah untuk melamar Fatimah. 

Rasulullah hanya mengatakan "Ahlan Wa Sahlan Ali. Pulanglah.."

Kalimat itu membuat Ali bingung sebenarnya lamarannya diterima atau ditolak. Saat teman-teman menanyakannya ia pun menceritakan hal itu. 

Ali.. mengapa kau sangat polos? Itu artinya Rasulullah menerimamu. Mengenai kau disuruh pulang, artinya kau disuruh menyiapkan apa saja kesiapanmu untuk menikah. Ucap temannya.

Ali pun kewalahan. Ia tidak punya apapun selain baju besi untuk berperang. Semua teman-temannya membantu persiapan kehidupan awal menikah. 

Ada yang menyumbangkan tempat tinggal hingga peralatan rumah tangga. 

Pernikahan pun digelar dengan baju besi sebagai maharnya. 

Selepas menikah, Rasulullah langsung datang mengaudit apa saja barang milik Ali. Ali pun menceritakan semuanya. 

Rasulullah berkata "Ahlul bait tidak boleh menerima sedekah ya Ali"

"Tapi aku sangat membutuhkan ini ya Rasulallah,"

"Baik, catatan semua barang ini sebagai pinjaman. Kelak ketika kau memiliki uang, bayarlah pinjaman tersebut "

Semasa hidup bersama, banyak kesulitan khusunya ekonomi dalam kehidupan rumah tangga mereka meskipun mereka saling mencintai. 

Suatu hari, saat lelah di sore hari keduanya saling menceritakan betapa lelahnya mereka. Ali lelah seharian bekerja di Sumur Yahudi sementara Fatimah lelah mengurus rumah tangga termasuk menggiling gandum sendiri. 

Ali pun memberi usul, bagaimana bila Fatimah meminta seorang budak pada ayahnya agar Fatimah terbantu di rumah karena Rasulullah baru saja mendapatkan ghanimah dan beberapa budak yang belum dibagikan.

Ketika Fatimah menyampaikan keinginannya pada ayahnya, Rasulullah menjawab "pulanglah Fatimah, nanti aku akan datang".

Ketika Rasulullah datang ke rumah Ali dan Fatimah, mereka berdua sedang berbaring karena kelelahan. Rasulullah duduk di antara mereka berdua. Tangannya mengusap-usap kepala Fatimah, tangan satu lagi menepuk-nepuk pundak Ali. 

Apakah kalian mau yang lebih baik dari pada budak yang kalian inginkan? Selepas shalat bacalah tasbih 33X, Hamdallah 33X dan Takbir 33X. Pesan Rasulullah pada keduanya.  

Sepanjang pernikahan mereka pun tetap ada drama-drama kecil. Misalnya saat Fatimah marah dan Ali istirahat di Masjid. Rasulullah membangunkan Ali dengan memanggilnya Abu Turab. Karena punggungnya penuh dengan tanah ketika berbaring di Masjid.

Memang sepanjang pernikahan mereka, tidak diberi kemewahan untuk memberi pesan pada umat di kemudian hari bahwa kekayaan dalam hidup pernikahan bukan tolak ukur keberkahan. 

Meski begitu, mereka tetap tidak lupa berbagi. Pernah suatu hari jatah roti mereka berdua dibagikan kepada pengemis. Anak-anak yang melihat ayah dan ibunya pun tidak mau makan kecuali memberikan jatah mereka untuk pengemis juga.

2. Kisah Romantis 21: Salman Al Farisi "Cinta Tak Harus Memiliki"

Salman Al Farisi adalah salah satu sahabat di Madinah yang spesial. Bukan penduduk asli Madinah. Ia berasal dari Persia.

Ketika sahabat sering berkumpul bersama sukunya masing-masing Rasulullah sering mengajaknya bersama dan berkata Salman bagian dari Ahlul Bait.

Perjalanan iman Salman luar biasa. Berawal dari keluarga Majusi yang menyembah api, ia pun merasa ada yang tidak benar dengan agamanya. 

Bertemulah ia dengan Rabi Yahudi, menurutnya ajaran agamanya masuk akal. Lalu ia pun mengikuti Rabi tersebut. Dalam perjalannya, ternyata Rabi Yahudi ini seorang yang curang. Ia mengutip sedekah untuk memperkaya dirinya. 

Ketika Rabi Yahudi itu meninggal, ia pun mengumumkan kepada semua orang bahwa mereka telah ditipu oleh Rabi tersebut dan membagi-bagikan sedekah yang terkumpul kepada yang berhak. 

Selepas itu, ia mencari kembali agama yang benar. Ia bertemu dengan seorang Rahib Nasrani di daerah Amuria. Rahib Nasrani ini masih mengikuti agama yang lurus. Setelah berguru kepadanya, tak lama Rahib tersebut meninggal. Sebelum meninggal Salman bertanya, kepada siapa ia harus berguru kembali. 

Terakhir tersebut menyuruh ia menemui seorang Rahib di daerah Mosul. Kembali ia berguru kepada Rahib Nasrani hingga Rahib itupun meninggal. Sebelum meninggal rahib itu menyuruhnya untuk menemui rahib lainnya di daerah Antiokh.

Ia kembali berguru kepada Rahib di Antiokh. Sayang tak lama meninggal pula. Sebelum meninggal Salman sempat bertanya, nantinya ke Rahib mana lagi ia harus berguru. 

Rahib itu pun berkata, tidak ada lagi Rahib di dunia ini yang masih memegang agama murni seperti kami. Tapi kamu tidak usah khawatir, akan ada di masamu seorang Nabi penutup. Ia akan muncul di negeri yang banyak ditumbuhi pohon kurma. 

Ia pun mencari-cari dan hijrah ke negeri yang dimaksud. Setelah mencari ternyata itu adalah Yatsrib (Madinah). 

Bekerjalah ia di kebun milik Yahudi sambil bertanya-tanya apakah sudah ada Nabi yang muncul di Yatsrib?

Ternyata, jawabannya belum. Yang sudah ada beritanya, ada seorang mengaku Nabi di Mekkah. Salman tetap di Madinah.

Tak lama kemudian, hijrah lah Rasulullah ke Madinah. Salman yang telah dibekali oleh Rahib mengenai tanda kenabian pun mencoba untuk mengetes apakah benar yang muncul adalah Nabi yang ia maksud. 

Tanda kenabian yang dikatakan Rahib tersebut adalah, Nabi tidak menerima sedekah, Nabi menerima hadiah, dan terakhir ada tanda kenabian di antara 2 punggungnya. 

Hari pertama, ia menjumpai Rasulullah dan mengatakan ia memberikan sedekah untuk Rasulullah. Rasulullah memberikan sedekah itu kepada sahabat lainnya. 

Hari berikutnya, ia mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa ia memberikan hadiah kurma untuk Rasulullah. Rasulullah memakannya dan memberikan juga kepada sahabatnya.

Hari berikutnya ia ingin sekali melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah, namun karena bingung menyampaikan bagaimana cara mengatakannya, ia menjadi gelisah. 

Rasulullah tau maksud Salman dan menyingkap sedikit punggungnya agar terlihat oleh Salman. Setelah melihatnya, Salman langsung mendekati Rasulullah dan menjabat tangannya untuk masuk Islam.

Rasulullah mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda'. Mereka masing-masing tulus bersaudara. Suatu hari Abu Darda' bertanya kenapa Salman belum menikah.

Salman bertanya kembali apakah ada perempuan yang mau dengan dirinya? 

Abu Darda' pun membawanya ke sebuah rumah penduduk lokal untuk menjadi pengantar Salman untuk melamar gadis.

Sayangnya, keluarga gadis menolak lamaran Salman namun keluarga gadis malah berkenan bila Abu Darda' yang mau melamar gadisnya. 

Salman yang mendengar langsung bersukacita dan memberikan seluruh persiapan termasuk mahar kepada Abu Darda' untuk menikahi gadis itu. 

Waktu berlalu, Salman mengunjungi rumah Abu Darda'. Bertemulah ia dengan istrinya Abu Darda'. Ia bertanya bagaimana keadaan kalian berdua. 

Istrinya hanya berkata, Abu Darda' tak minat lagi pada dunia. Siang ia berpuasa, malam hari ia shalat malam hingga menjelang subuh. 

Menanggapi hal ini, Salman ketika bertemu dengan Abu Darda' dan mengatakan ingin menginap di rumah Abu Darda'. 

Ketika malam ia melihat Abu Darda' shalat malam, Salman berkata tak akan tidur bila Abu Darda' tidak tidur. Maka malam itu pun Abu Darda' tidur. Menjelang subuh baru Salman bangunkan untuk shalat malam bersama.

Pagi hari ketika menjamu sarapan Salman, Abu Darda' berkata ia sedang berpuasa. Salman pun berkata bahwa ia tak akan makan hingga kapanpun bila pagi ini Abu Darda' tidak makan bersamanya. 

Abu Darda' akhirnya makan bersama Salman. Ia bertanya mengapa Salman begitu, Salman hanya berkata, Allah punya hak atasmu, tubuhmu punya hak atasmu, istri (keluarga) pun punya hak atasmu. Maka tunaikan semuanya secara adil.

Abu Darda' menemui Rasulullah mengenai sikap Salman. Namun ternyata Rasulullah membenarkan sikap Salman. Rasulullah berkata bahwa Salman adalah orang yang paling tulus menasehatinya.

3. Kisah Romantis 22: Hanzhalah dan Jamilah

Hanzhalah yang akan diceritakan ini adalah Hanzhalah bin Abi Amir. Yang dulunya, ayahnya Hanzhalah ini digelari Abi Amir ar Rahib sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Dikarenakan ia adalah seorang yang mempelajari Taurat dan Injil dan menantikan Nabi terakhir. 

Sayangnya, ketika Rasulullah sudah sampai Madinah malah mengingkari Rasulullah sehingga gelarnya diganti menjadi Abi Amir Al Fasik.

Berbeda dengan ayahnya, Hanzhalah termasuk sahabat dari golongan Anshar yang masuk Islam lebih dulu dari kalangan Suku Aus.

Btw, ini berbeda dari Hanzhalah Ar Rabi yang diceritakan pernah merasa menjadi sahabat yang munafik karena ketika bersama Rasulullah ia merasa imannya begitu tebal dan merasa sungguh syurga dan neraka berasa nyata. 

Tapi begitu kembali ke keluarganya, berkumpul bersama anak istri kenapa merasa imannya biasa saja. 

Saking sedihnya takut menjadi bagian dari orang munafik, Hanzhalah menceritakan masalah ini kepada Abu Bakar. Abu Bakar lalu menjawab, Lah sama.. saya juga begitu.

Mereka pun sepakat menemui Rasulullah. Namun dijawab Rasulullah hal itu adalah hal manusiawi, bahkan bila merasa imannya terus sama baik saat bersama Rasulullah maupun tidak bersama Rasulullah niscaya malaikat akan selalu menyalami mereka di manapun berada. 

Balik ke Hanzhalah bin Abi Amir. Ternyata sehari sebelum perang Uhud, Hanzhalah menikah dengan Jamilah. Jamilah adalah anak dari Ketua Suku Khazraj yakni Abdullah bin Ubay bin Salul.

Abdullah bin Ubay ini adalah salah satu tokoh munafik. Sebelum datangnya Rasulullah ia hampir diangkat menjadi pemimpin di Madinah namun karena Rasulullah hijrah kemudian rencana itu dibatalkan sehingga ia sebenarnya tidak suka dengan Rasulullah. Bahkan di perang Uhud ia menarik 300 pasukannya beralasan untuk menjaga Madinah.

Berbeda dengan mertuanya, Hanzhalah yang tidak ikut berperang karena baru saja menikah. Ketika dalam keadaan junub ia mendengar panggilan berperang karena keadaan di Uhud sudah genting. 

Belum sempat mandi, ia merupakan seorang yang Sur'atul Istijabah (Fast Respon dalam perintah) langsung berkemas memakai baju perangnya berangkat ke Medan Uhud. 

Untuk mempercepat berakhirnya perang, ia mencari Abu Sufyan sebagai pemimpin perang kaum Quraisy. Ia berhasil melukai kaki kuda Abu Sufyan sehingga mundur. Tapi Qadarullah, di sekitar Abu Sufyan ada Syaddad bin Al Aswad yang melempar tombak ke arahnya tepat mengenai jantung Hanzhalah. 

Selesai perang Uhud, Rasulullah bersama para sahabat mencari jenazah para syuhada. Para sahabat heran mengapa jenazah Hanzhalah basah menetes air. Rasulullah pun menjelaskan bahwa Malaikat telah mendahului memandikan jenazah Hanzhalah.

Maka dikenallah Hanzhalah dengan sebutan Hanzhalah Al Ghasil atau Ghasil Malaikat 



blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

Posting Komentar untuk "Kisah Romantis Peradaban 6"