Cerita Khitan Kami
![]() |
Abang Alzam (tengah) |
Ini adalah pengalaman pertama saya mengkhitan anak lelaki. Kebetulan anak lelaki yang paling besar berusia 5 tahun. Sepupunya kebanyakan sudah dikhitan. Tersisa 1 anak kakak saya yang belum dikhitan, dan kebetulan berusia sama.
kakak saya sudah 3 kali berpengalaman membawa anak berkhitan. Maka saya dan dia janjian untuk mengkhitan anak bersamaan. Kebetulan pula kita dapat info tentang khitan masal yang diadakan oleh salah satu bumn.
Kabarnya, khitan kali ini bukan dikerjakan oleh dokter baru (dokter magang). Khitan kali ini bekerja sama dengan sebuah vendor untuk khitan yang sudah berpengalaman. Dan lagi memakai dokter yang sudah biasa memegang anak-anak dalam berkhitan.
Kenapa harus dengan dokter yang berpengalaman?
Karena anak saya sudah 2 kali ditolak berkhitan karena dokter (baru) merasa anak saya terlalu kecil untuk dikhitan. Jadi kebayang kalo anak saya sampai ditolak 3 kali. Bisa hatrick, hehe
Kok berani sih? Makanya baca deh tips saya agar anak berani dikhitan. Balik lagi reward adalah solusi. Gakpapa anak ditanya mau apa selesai khitan. Toh, khitan cuma sekali seumur hidup, gak bakal minta dikhitan kembali demi sebuah hadiah. Haha.
Alzam namanya, anak ini cuma minta ikan. Saya belikan sepasang ikan koi kecil setelah ia dikhitan. Gak mahal. Cuma sepuluh ribu rupiah. Waah, emak sumringah.
Kira-kira sebulan yang lalu kami mengantar Alzam berkhitan dengan sepupunya. Tidak ada wajah takut karena sudah bulat akan berkhitan. Ditambah ketemu badut di acara tersebut sekaligus dapat hadiah mainan.
Sekitar setengah jam setelah masuk ruang khitan bersama babanya (ayah) ia pun keluar digendong. Kata babanya tak menangis ketika dikhitan. Kami pun memujinya. Tak berlebihan saya rasa, karena ada beberapa anak yang menangis ketika gilirannya tiba. Bahkan anak usia belasan ada yang digotong paksa oleh 4 tentara. Waaah ngeri ya.. gak juga. Karena 4 tentara itu adalah bawahan ayah si anak (bapaknya tentara, anaknya takut).hehe
Efek bius mulai habis, ia mulai tak tenang. Setelah rewel sembari air mata berlinang tak lama ia tertidur di perjalanan pulang ke rumah. Ini adalah air mata pertama dan terakhir akibat rasa sakit dikhitan.
Sampai di rumah, saya beri makan lalu minum obat. Saya juga mempersiapkan "lapak" buat Alzam di depan televisi agar ia tiduran selayaknya orang yang baru dikhitan. Yang terjadi kemudian, ia tak tiduran. Tak terlihat seperti anak yang selesai dikhitan, ia main mobil-mobilan kecil yang ia dapat di acara tadi.
Berkali saya peringatkan untuk tiduran, tapi ia tak mau. Tak ada kesan kesakitan atau lainnya. Akhirnya saya membiarkan saja ia berbuat yang ia suka. Asalkan ia tidak rewel.
Kemarin khitan hari Ahad, di Senin pagi ia bersarung ke luar rumah membantu babanya main montir-montiran. Saya larang ia tak bergeming. Kembali saya acuhkan saja.
Soal makan, saya tak ada melarang ia makan apapun. Yang penting ia makan dengan lahap. Jadwal minum obat pun rutin saya berikan.
Selepas maghrib, kedua kakaknya berangkat mengaji. Karena ia baru berkhitan, sekolah dan mengaji saya liburkan satu pekan. Biasanya, selepas maghrib saya concern dengan 2 anak terakhir. Karena saya tandem nursing. Dan bagi emak menyusui, selepas maghrib adalah saat mengantuk yang luar biasa karena badan pun sudah lelah.
Saya hanya ingat, Alzam sudah makan dan juga sedang bermain sendiri di ruang tv. Saya di kamar tertidur. Saya terbangun ketika kedua kakaknya pulang dan berkata
"Mama, Alzam naik sepeda beli jajan".
Saya langsung tersadar dari tidur. Saya interogasi si anak, ia berkata tak sakit. Namun saya ultimatum ini adalah hal yang belum boleh dilakukan meski ia merasa aman.
Duuh saya gak kebayang sebelumnya ada anak baru 1 hari dikhitan bisa naik sepeda. Padahal ini masih pake khitan metode tradisional, bukan pakai klamp yang langsung bisa pakai celana. Namun yang saya dapati, anak ini sudah berbaju lengkap dan bersepeda membeli jajan di warung.
Esok harinya ia minta main dengan anak sebaya, tak saya beri izin. Namun sesekali ia keluar beli jajan berjalan kaki. Ketika berjumpa dengan tetangga, ia berkali-kali ditanya tentang kabar ia berkhitan. Ia berkali-kali pula membenarkan kabar tersebut karena tetangga merasa ia tak seperti pada umumnya anak yang dikhitan. Berjalan pun seperti biasanya.
Obat habis, saya pun berencana membuka perban. Sedikit demi sedikit dibuka hingga lapisan perban terakhir. Karena ia merasa sedikit sakit, kami membiarkan lapisan terakhir bersisa. Kemudian 2 hari kemudian kembali dibuka. Alhamdulillah tak ada masalah.
Gimana Mak? Unik kan pengalaman pertama saya mendapati anak lelaki saya berkhitan. Bagaimana dengan pengalaman emak? Ceritain yuk di komen di bawah.
kakak saya sudah 3 kali berpengalaman membawa anak berkhitan. Maka saya dan dia janjian untuk mengkhitan anak bersamaan. Kebetulan pula kita dapat info tentang khitan masal yang diadakan oleh salah satu bumn.
Kabarnya, khitan kali ini bukan dikerjakan oleh dokter baru (dokter magang). Khitan kali ini bekerja sama dengan sebuah vendor untuk khitan yang sudah berpengalaman. Dan lagi memakai dokter yang sudah biasa memegang anak-anak dalam berkhitan.
Kenapa harus dengan dokter yang berpengalaman?
Karena anak saya sudah 2 kali ditolak berkhitan karena dokter (baru) merasa anak saya terlalu kecil untuk dikhitan. Jadi kebayang kalo anak saya sampai ditolak 3 kali. Bisa hatrick, hehe
Kok berani sih? Makanya baca deh tips saya agar anak berani dikhitan. Balik lagi reward adalah solusi. Gakpapa anak ditanya mau apa selesai khitan. Toh, khitan cuma sekali seumur hidup, gak bakal minta dikhitan kembali demi sebuah hadiah. Haha.
Alzam namanya, anak ini cuma minta ikan. Saya belikan sepasang ikan koi kecil setelah ia dikhitan. Gak mahal. Cuma sepuluh ribu rupiah. Waah, emak sumringah.
Kira-kira sebulan yang lalu kami mengantar Alzam berkhitan dengan sepupunya. Tidak ada wajah takut karena sudah bulat akan berkhitan. Ditambah ketemu badut di acara tersebut sekaligus dapat hadiah mainan.
Sekitar setengah jam setelah masuk ruang khitan bersama babanya (ayah) ia pun keluar digendong. Kata babanya tak menangis ketika dikhitan. Kami pun memujinya. Tak berlebihan saya rasa, karena ada beberapa anak yang menangis ketika gilirannya tiba. Bahkan anak usia belasan ada yang digotong paksa oleh 4 tentara. Waaah ngeri ya.. gak juga. Karena 4 tentara itu adalah bawahan ayah si anak (bapaknya tentara, anaknya takut).hehe
Efek bius mulai habis, ia mulai tak tenang. Setelah rewel sembari air mata berlinang tak lama ia tertidur di perjalanan pulang ke rumah. Ini adalah air mata pertama dan terakhir akibat rasa sakit dikhitan.
Sampai di rumah, saya beri makan lalu minum obat. Saya juga mempersiapkan "lapak" buat Alzam di depan televisi agar ia tiduran selayaknya orang yang baru dikhitan. Yang terjadi kemudian, ia tak tiduran. Tak terlihat seperti anak yang selesai dikhitan, ia main mobil-mobilan kecil yang ia dapat di acara tadi.
Berkali saya peringatkan untuk tiduran, tapi ia tak mau. Tak ada kesan kesakitan atau lainnya. Akhirnya saya membiarkan saja ia berbuat yang ia suka. Asalkan ia tidak rewel.
Kemarin khitan hari Ahad, di Senin pagi ia bersarung ke luar rumah membantu babanya main montir-montiran. Saya larang ia tak bergeming. Kembali saya acuhkan saja.
![]() |
Main montir-montiran sama babanya |
Soal makan, saya tak ada melarang ia makan apapun. Yang penting ia makan dengan lahap. Jadwal minum obat pun rutin saya berikan.
Selepas maghrib, kedua kakaknya berangkat mengaji. Karena ia baru berkhitan, sekolah dan mengaji saya liburkan satu pekan. Biasanya, selepas maghrib saya concern dengan 2 anak terakhir. Karena saya tandem nursing. Dan bagi emak menyusui, selepas maghrib adalah saat mengantuk yang luar biasa karena badan pun sudah lelah.
Saya hanya ingat, Alzam sudah makan dan juga sedang bermain sendiri di ruang tv. Saya di kamar tertidur. Saya terbangun ketika kedua kakaknya pulang dan berkata
"Mama, Alzam naik sepeda beli jajan".
Saya langsung tersadar dari tidur. Saya interogasi si anak, ia berkata tak sakit. Namun saya ultimatum ini adalah hal yang belum boleh dilakukan meski ia merasa aman.
Duuh saya gak kebayang sebelumnya ada anak baru 1 hari dikhitan bisa naik sepeda. Padahal ini masih pake khitan metode tradisional, bukan pakai klamp yang langsung bisa pakai celana. Namun yang saya dapati, anak ini sudah berbaju lengkap dan bersepeda membeli jajan di warung.
Esok harinya ia minta main dengan anak sebaya, tak saya beri izin. Namun sesekali ia keluar beli jajan berjalan kaki. Ketika berjumpa dengan tetangga, ia berkali-kali ditanya tentang kabar ia berkhitan. Ia berkali-kali pula membenarkan kabar tersebut karena tetangga merasa ia tak seperti pada umumnya anak yang dikhitan. Berjalan pun seperti biasanya.
Obat habis, saya pun berencana membuka perban. Sedikit demi sedikit dibuka hingga lapisan perban terakhir. Karena ia merasa sedikit sakit, kami membiarkan lapisan terakhir bersisa. Kemudian 2 hari kemudian kembali dibuka. Alhamdulillah tak ada masalah.
Gimana Mak? Unik kan pengalaman pertama saya mendapati anak lelaki saya berkhitan. Bagaimana dengan pengalaman emak? Ceritain yuk di komen di bawah.
Habis dikhitan itu memang baru kerasa sakitnya, enggak boleh banyak bergerak, enggak boleh makan makanan berminyak atau dari bahan kacang tanah. Setidaknya itu yang masib teringat pasca aku dikhitan.
ReplyDeleteTapi seneng juga karena khitan dirayain, sodara datang dan amplop berdatangan wkwkqwkqk
Anak saya malah gak ada pantangan mas.. semua dimakan.
DeleteSeru juga cerita saat khitan, kalau aku ga ada yang di khitan, lha anaknya perempuan semua, tapi baca ini jadi lebih tau gimana pengalamannya
ReplyDeleteAnak mba Selvi cantik semua donk kayak mamanya
Deleteikut ngilu ngebayanginnya haha! tapi tiap daerah itu sepertinya kebiasaan khitan beda2 ya. seingat saya, dulu saudara2 cowo di jatim, dikhitannya udah cukup gede. begitu tinggal di jabar, anak2 sdh dikhitan.
ReplyDeleteIya mba Dhenok. Di jabar usia sebelum masuk sekolah udah pada dikhitan ya
DeleteWah, hebat ya Alzam, bisa lekas beraktifitas meski baru khitan. Jempol untuk kekuatannya. Tapi tetap minum obat ya nak, biar nggak infeksi.
ReplyDeleteIya mas Iran, obatnya rajin diminum
DeleteAlzam memang keren. Dan anti-mainstream ya untuk anak laki-laki yang dikhitan dengan metode konvensional. Untuk khitan yang paling penting adalah perawatan pasca khitan yang harus dijaga kering dan bersih agar tidak tumbuh bakteri dan infektan
ReplyDeleteHehe, u know so well laaaah
DeleteDuhhh Alzam nihhh, lucu bingitzz..
ReplyDeleteAnak kami akhir tahun ini rencananya dikhitan..
Moga lancar kek Alzam..
Aamiin..
Deleteiya kak, semoga lancar ♥
Sebenarnya, tidak ada batas usia dikhitan ya, Mbak Icha. Soalnya ada di beberapa daerah, ada yang masih bayi dikhitan. Jadi usia 5 tahun itu sudah bisa. Dan memang bagusnya, pas dikhitan, dikerjakan oleh dokter sudah pengalaman. Degdegan juga kalau dokternya baru, atau bahkan masih magang.
ReplyDeleteMasyaAllah, Barakallah bang Alzam, wkwkwk.. walaupun habis khitan tetap beraksi ya bang
ReplyDeleteHebat buat kak Azzam ya mba.
ReplyDeleteSaya punya adik laki-laki, dulu waktu di khitan kata ibuku nggak boleh makan daging, biar cepat sembuh
saya bacanya sambil deg degan, teringat ponakan saya yang menangis sepanjang hari setelah diklhitan. Bahkan ada nanahnya, huhuhu. ALhamdulillah alzam baik dan sehat ya
ReplyDeleteMungkin semakin kecil usia semakin nggak merasa sakit kali ya kak,
ReplyDeleteApalagi misalkan masih bayik gak bakal kesakitan, karena belum bisa ngomong sih paling nangis xixi
kalo di palembang rerata anak lelaki di khitan umur 7-10 tahun.Pengalaman saya menghitankan anak adalah sudah sounding satu tahun sebelumnya.Ananda khitan umur 7,5 tahun. Kebetulan sudah ada beberapa tetangga yang khitan dan dia sudah tau apa yang akan dilakukan.Alhamdulilah selain jerittan sakit, tidak ada drama lanjutan
ReplyDeleteAnakku yang cowok khitan desember tahun lalu, di usia yang masih 3,5 tahun... Banyak drama deh, karena memang anaknya agak rewelan kalo sakit, susah minum obat pula.. hahaha masya Allah perjuangan yaaa
ReplyDeleteKalau di kampung halaman suamiku anak udah disunat sejak piyik banget, balita. Kalau di kampung halamanku lbh ke anak kelas 6 SD atau SMP haha.
ReplyDeleteAku kmrn juga baru aja nyunatin anakku, usia 7 thn, tapi pakai klamp dan emang bener langsung main anaknya :D
Kemarin sounding terus aja sih gak janjiin apa2 hehe
Kalau pakai tradisional kitanya yang ngilu, eh tapi ternyata anakmu ya gpp kan ya, tergantung mental anaknya jg kyknya hehe
Ajegile, jagoan banget Alzam yak wgwgw
ReplyDeletelangsung beraktifitas seperti biasa, dulu saya habis khitan berasa bagaikan raja tapi tetep aja ngilu ._.
Masyaallah Alzam paten banget, wkwk sehari dikhitan langsung sepedaan, anak pinter dan kuat nih!
ReplyDeleteanak saya dulu nyampe seminggu apa dua minggu ya baru mau sepedaan lagi, hihi