Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ada yang hilang


Pagi ini, ada yang berbeda dari suamiku. Aneh sekali mengapa ia tidak membangunkan aku. Anehnya lagi, ia menyiapkan sendiri sarapan paginya dan anak kami Deo.
Sementara aku, pagi ini aku masih berada di tempat tidur. Deo sudah pergi bersama papanya ke sekolah. Selama 8 tahun pernikahan, baru kali ini ia terlihat berubah.
Aku tidak menyalahkan ia kan perubahan ini, mungkin ini semua salahku. Atau malah salahnya barangkali. Aku juga tidak mengerti.
Persoalan yang kami hadapi adalah persoalan yang sepele. Hanya saja ini menjadi besar karena terus berulang-ulang.
Sejauh perjalanan kapal pernikahan ini berlayar di samudera yang luas, belum pernah aku merasakan tidak mengenal sang nakhoda yang kupercaya. Sosoknya begitu berbeda. Namun, setiap kuperhatikan aku malah tidak yakin yang berbeda itu dia atau aku. Namun aku yakin sekali aku tetap Nesya yang dipacarinya dulu.
Awalnya….
“kira-kira Yang, kita liburan ke mana ya?” Tanya suamiku, Ray.
“ke pantai aja Yang, Deo pasti suka…” jawabku mantap.
“tapi, aku lagi gak pengen panas-panasan nih… ke daerah pegunungan aja gimana?” katanya lagi.
“boleh…” kataku menggantung. Kemudian berseru lagi.
“eh yang,,, ke daerah pegunungan yang dulu kita pernah ke sana aja… itu loh, pas kita masih pacaran dulu…” kataku.
“dulu? Ke pegunungan??” ia mengernyitkan dahinya.
Ia tampak bingung dan menyimpan rasa curiga.
“kita gak pernah ke pegunungan sebelumnya… “
“ahh,, kamu lupa..” kataku mengingatkan.
“kamu ke pegunungan mana? Sama siapa?” tanyanya lagi.
“ya ampun yang,, kamu nih kok pelupa banget. Ya sama kamulah aku pergi. Kita ke pegunungan di daerah kampungnya Nia.. inget gak?” aku menjelaskan. Suamiku kenapa? Kok dia bisa lupa!
“Nia? Aku malah cuma lihat dia pas pernikahan kita. Kita malah gak pernah ke mana-mana dulu..”
“kok gak pernah?” aku semakin bingung. Kemudian menambahkan..
“mana mungkin kita gak pernah ke mana-mana, kita kan pacaran 4 tahun! Kamu becanda ya!” aku mulai ngambek..
“Nesya, kita tuh dijodohin! Meskipun begitu, aku sayang kamu kok. Kita gak pacaran 4 tahun. Tapi, 4 minggu!”
Aku serasa kehilangan memori dalam otakku. Ada apa ini? 4 tahun dibilang 4 minggu? Aku semakin bingung.. semua terasa gelap..
Sampai aku membuka mata…
Perlahan aku merasa genggaman tanganku dipegang erat.. sosok itu tersenyum.
“Udah baikan Yang?” Tanya orang disebelahku yang memegang erat jemariku. Ternyata suamiku Ray..
Aku cuma tersenyum. Aku merasa di tempat yang berbeda. Ray yang aku cintai mengapa berubah? Mengapa ia tidak mengakui hubungan kami yang dulu. Sebenarnya aku tidak masalah. Yang penting, saat ini ia ada bersamaku.
“Yang,, kamu kenapa?”
Aku menggeleng.
“Kamu marah ya?” Tanya Ray lagi.
“gak, aku cuma bingung… soal yang tadi..”
“Ssssst,, gak usah dipikirin lagi.. 4 tahun dan 4 minggu sama saja. Asal kamu tetap bersamaku. Ribuan tahun pun akan serasa 1 tahun.. Kita gak usah bahas itu lagi ya… maafin aku kalo aku salah..” Ray meminta maaf.
Syukurlah ini tidak mengubah apa pun dalam dirinya..
Hari terus berjalan hingga..
“Yang, kamu masih simpan gak baju yang dulu aku kasih?” Tanya Ray.
“Masih, semua lengkap di lemari pojok. Bahkan aku masih simpan yang ini,, bentar ya…” aku berjalan dan membuka lemari. Aku mengambil baju berwarna kuning lembut pemberiannya saat kami masih pacaran. Pasti dia surprise..
“ini yang,, kamu masih inget?” tanyaku.
“itu yang mana? Kapan aku kasih?”
“ini pas aku ultah ke 21. ya ampun… aku sudah tua ya… udah lama sekali.. pasti gak cocok lagi pake baju ini..” kataku.
“sayang, aku mau ngomong sesuatu..” Ray menarik tanganku, ia mengajakku duduk di sudut kamar, di sofa kecil tempat kami biasa berbagi.. berbagi segalanya semenjak kami menikah.
“kamu masih inget tentang mantan-mantan kamu?” tanyanya tiba-tiba. Ia menatap mataku. Aku mulai kebingungan..
“aku rasa, cuma kamu.. kita pacaran lama sekali..” jawabku mantap.
“Aku mau bilang sesuatu..”
“apa?”
“kita,, cuma gak pernah pacaran. Dulu,, aku ketemu kamu saat umur kamu 23. kita langsung menikah..”
“kamu kok gak inget sama sekali?” Tanyaku.
“kamu pacaran sama siapa 4 tahun? Jangan tersinggung, aku cuma pengen tau..”
“sama kamulah! Kamu aneh!!” aku mulai marah.
“Nesya, kita….”
“Sssst, kamu sendiri yang bilang, 4 minggu sama dengan 4 tahun. Tidak ada yang berubah asal kamu tetap sama aku..” sambungku.
Ia memelukku. Aku mulai menangis memikirkan hal-hal terburuk. Jangan-jangan Ray lagi inget sama mantannya hingga melupakan kenangan kami. 4 tahun yang serasa singkat. Ray dulu gak begini!
Malam berganti lagi, bulan mulai menyusut terganti goresan sabit..
“aku belikan kamu soto yang..” kataku saat mengeluarkan makanan untuk malam ini.
“Ya.. kamu kan tau, aku gak suka soto yang..” Ray tampak kecewa.
“sejak kapan kamu gak suka soto. Dulu tuh,, kamu selalu saja makan soto..” aku rasa Ray becanda.
“aku goreng telur aja ya..”
Ia pergi ke dapur dan sesaat kembali lagi dengan hasil gorengan telur dadarnya.
“Loh yang.. telur dadar??” aku menatapnya heran.
“memangnya kenapa?” ia balik nanya.
“Kamu kan gak pernah suka telur dadar… kamu bilang kan amis…”
“kamu Yang.. belakangan ini pelupa deh…” Ray menatapku lekat.
“kamu aneh!”
Aku tidak jadi makan malam. Aku meninggalkannya di ruang makan bersama Deo. Mungkin saat ini, ia sedang menemani Deo tidur.. sementara aku kembali mencari tau, kenapa Ray berubah. Bukan hanya sikapnya namun juga kepribadiannya.
Tadi pagi aja, dia protes soal sabun mandi. Ia bilang tidak suka sabun cair.. padahal waktu pacaran dulu aku dan dia selalu belanja sabun cair. Ia bilang lebih praktis.
Ray, apa ada orang lain?
Tapi anehnya,, kok baru belakangan hari ini ia berubah kesukaan? Kenapa 8 tahun pernikahan ia tidak pernah menunjukkan perubahan? Apa benar ada yang lain?
Perubahan ini pasti dipengaruhi oleh orang lain. Mana mungkin 12 tahun sudah sejak pacaran dengannya, ia berubah secara tiba-tiba.
Aku serasa sakit. Ingin mencari tahu siapa yang merubah kebiasaan kekasihku. Mungkin, besok aku akan mencari tahu..
“yang, kamu udah bobok?” Tanya Ray.
“belum yang..”
“kamu mikirin apa?”
“kamu..”
Ia mencium lembut keningku..
“sekarang kamu tidur ya.. gak akan ada yang berubah sama aku. Aku tetap sayang kamu..”
Ia menutupiku memakai selimut, lalu tidur memelukku dari belakang..
***

Sesuai dengan rancana, aku menguntit Ray hari ini. Mulai dari mengantar Deo sampai ke kantornya.
Tenang,, aku tidak sendiri. Aku bersama Nia, teman baikku sejak SMA. Oh iya, aku tidak cerita ke Nia mengapa hari ini aku menguntit suamiku sendiri..
Sepanjang jalan Nia mendesakku untuk cerita. Aku cuma bilang ada yang berubah dari Ray, namun tidak mendetail.
“kamu takut Ray itu selingkuh?”
Aku cuma mengangguk.
Nia tersenyum dan berkata “Ray itu baik.. sampe sekarang gak ada yang berubah dari dia. Kamu tuh terlalu berlebihan..”
“yang serumah sama Ray kan aku Nia… ntar aku jelasin lewat telpon ntar malem.. aku malu cerita langsung..”
“sama aku? Malu? Sejak kapan kita ada rahasia?”
“makanya ntar malem aku cerita. Jangan bilang siapapun termasuk Deni suamimu. Ini urusan perempuan!”
Nia tertawa…
“Urusan perempuan,, tapi ini mengakibatkan aku bolos kerja.. kamu sih gak kerja..”
“iiih, jadi gak ikhlas nih?” tanyaku menggodanya.
“kalo gak ikhlas, mana mungkin udah 4 jam kita nunggu Ray di parkiran kantor gini..”
Lalu kami kembali tertawa..
Detik berlalu…
Rasanya lama sekali hingga menyentuh menit..
Akhirnya sampai juga tahapan jam..
Oooh,, akhirnya setelah 9 jam.. suamiku pulang.. ia keluar dari kantor..
Untungnya hari ini aku tidak menjemput Deo. Aku sudah titip ke adikku kalo Deo hari ini menginap dengannya.
Mana tau,, kejadian terburuk terjadi.. aku bisa langsung membawa Deo pergi tanpa harus rebutan anak dengan Ray.
“Sya.. bengong lagi.., kita ikutin terus nih suami kamu??”
“ya iyalah!”
Suamiku menyusuri jalan-jalan yang berbeda dari jalan menuju pulang.
“tuh kan Nia… beda jalan..”
“belum tentu selingkuh Sya,, mana tau ada keperluan lain..”
“Keperluan apa?”
“tenang Sya… kita ikuti terus..”
Kemudian mobil suamiku parkir di depan sebuah took jewelery.
Aku semakin takut.
“Nia,,, dia mau apa?” kataku sambil mencoba membuka pintu mobil.
“Sssst.. kamu tenangin aja pikiran kamu.. sebelum ketangkep basah, kita gak boleh turun dari mobil!”
Gak lama, ia masuk kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Namun, jalanan yang kali ini ia lalui adalah arah rumah kami..
Mobilnya berhenti di depan rumah.
“tuh kan… sana turun.. jangan lupa ntar malem cerita ya!!!” Nia cepat-cepat menyuruhku turun.
Aku turun dan berlari mendekati suamiku.
Nia membuka kaca mobil dan menyapa Ray..
“Maaf Ray, tadi aku pinjem Nesya nemenin beli keperluan suamiku. Mendadak. Maaf ya..”
“Gak papa,, asal Nesya gak kesepian di rumah terus..”
“pulang ya.. daaah”
Nia pulang..
Akhirnya aku dan Ray masuk ke rumah. Ia meminta izin untuk memasakkan makan malam.
Ia rapi sekali malam ini. Aku masih bingung soal jewelery yang tadi ia beli. Apa ini untuk menutupi kesalahan karena ia telah membelikan perempuan lain perhiasan.
Setelah selesai makan, ia mencium tanganku dan memberikan sesuatu dalam kotak merah muda.
“ada apa?” tanyaku.
“kamu lupa?”
“hari ini genap 9 tahun pernikahan kita..”
Ya ampun,, ternyata kami sudah 9 tahun menikah. Aku kira masih 8 tahun. Kok aku lupa?
“Sayang.. maaf kalo selama 9 tahun aku tidak seperti yang kamu bayangkan dan kamu harapkan tentangku..”
“aku juga Yang.. terima kasih 9 tahun bersamaku.. kamu akan tetap di sampingku?” tanyaku dengan mata berkaca-kaca. Ia menutup bibirku.
“pasti aku akan terus ada di samping kamu. Jangan bilang gitu lagi ya.. sekarang buka kadonya..”
Aku membukanya perlahan. Takut kertas merah muda yang aku pegang terkoyak.
Oooh, aku merasa berdosa..
Ternyata isinya kalung. Ini pasti kalung yang tadi ia beli…
Aku memeluk Ray dan ia memakaikan kalung itu..
Malamnya, aku tak lupa menelpon Nia..
Aku menceritakan bagaimana Ray lupa soal hubungan pacaran kami yang 4 tahun dan semua kesukaan Ray yang berubah. Namun Nia hanya diam.
Aku seperti berbicara sendiri dan aku memaksa Nia untuk bicara.
“Sya,, maaf ya... Ray tidak pernah berubah. Kalian memang dijodohkan. Hanya 4 minggu. Aku dan Ray memang ketemu pas kalian menikah. Kesukaan Ray tidak berubah dan yang kamu ingat itu bukan Ray. Tapi masa lalu kamu dengan pacar kamu Azy.. sepertinya kamu yang harus periksa..,”
Telepon dalam genggamanku terjatuh..
Azy… aku mendesis….
Tidak jauh beberapa blok dari rumah Nesya..
“Yang,, baju kuning yang dulu aku beri ke kamu masih kamu simpan gak??” Tanya seorang lelaki pada istrinya..
“baju kuning? Aku kan tidak suka warna kuning!”
“loh kamu kok berubah?”
“kamu yang berubah yang …”
“kamu lupa baju kuning yang aku kasih waktu kita pacaran”
“kamu aneh. Azy… kamu berubah…”
Sang istri pun menangis….


End…
blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

Posting Komentar untuk "ada yang hilang"